Wanita Itu Menggairahkan Moodku
UDARA BANDUNG tahun 1990-an begitu terasa menyejukkan. Suasana di pagi hari masih terasa dingin menggigil merasuki tubuh saat itu. Ada lukisan uap mengudara terlihat keluar masuk pada saat seseorang mengembuskan napas dan berbicara di waktu pagi. Apalagi bagi Adra sendiri yang terbiasa tinggal di daerah panas, Kabupaten Indramayu yang lokasinya ada di daerah pantura (pantai utara) Jawa Barat itu.
Kondisinya tentu begitu terlihat sangat kontras, yang satu daerahnya panas dan satunya dingin. Kita tahu bersama kalau kondisi alam tempat manusia tinggal itu akan mempengaruhi karakter, watak dan kebiasaan hidup masyarakatnya. Kondisi inilah yang saat ini Adra rasakan setelah tinggal memasuki tahun kedua di Kota Bandung.
Pagi ini, pasca subuh udara Kota Bandung di sekeliling kontrakannya masih terasa dingin menusuk tubuhnya. Matahari pun belum menampakkan “batang hidung” wujud sinarnya. Orang-orang pun terlihat lebih nyaman dengan hangat selimutnya. Bermalas-malasan di tempat tidurnya. Tapi, kondisi udara dingin itu tidak berlaku bagi Adra. Pagi-pagi sudah mandi. Pasalnya, sebelum berangkat kuliah nanti, dia punya janji bertemu dengan seorang wanita beda kampus tapi masih sama minat jurusan kuliah yang diambilnya, yaitu sanitasi dan kesehatan lingkungan.
Tempat bertemu itu disepakati di kedai warung makan dekat kostannya. Warung ini terbiasa ramai oleh para mahasiswa yang kost di sekitar daerah kampus itu untuk makan pagi, siang dan malam.