Inspirasi

Ada Apa dengan DBD?

Kedua, pengendalian secara biologis. Yakni berupa intervensi yang dilakukan dengan memanfaatkan musuh-musuh (predator) nyamuk yang ada di alam seperti ikan kepala timah dan goppy.

Ketiga,pengendalian secara kimia. Yakni berupa pengendalian vektor dengan bahan kimia, baik bahan kimia sebagai racun, sebagai bahan penghambat pertumbuhan ataupun sebagai hormon. Penggunaan bahan kimia untuk pengendalian vektor harus mempertimbangkan kerentanan terhadap pestisida yang digunakan, bisa diterima masyarakat, aman terhadap manusia dan organisme lainnya, stabilitas dan aktivitas pestisida, dan keahlian petugas dalam penggunaan pestisida.

Keempat, pengendalian terpadu. Langkah ini tidak lain merupakan aplikasi dari ketiga cara yang dilakukan secara tepat/terpadu dan kerja sama lintas program maupun lintas sektoral dan peran serta masyarakat. 

Strategi pokok

Kegagalan kita mengalahkan DBD bukan disebabkan oleh kelangkaan dana, jeleknya sistem pemberantasan, atau lemahnya layanan kesehatan, melainkan lebih karena masyarakat sendiri belum diberdayakan, dan belum tergugah berpartisipasi bersama-sama melawan DBD. Hal ini disadari karena tangan-tangan pemerintah sendiri boleh dibilang kelewat pendek untuk menangani dan menjangkau luas serta lebarnya masalah DBD di tanah air.

Pada konteks pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan DBD ini, kita perlu melakukan kegiatan yang dikenal sebagai 3-M, yakni menguras bak mandi, membubuhi bubuk abate ke penampungan air, menutup wadah penampungan air, mengubur dan menimbun barang bekas yang dapat menampung air hujan.

Agar usaha pemberdayaan masyarakat ini berjalan sukses, maka di masyarakat perlu strategi pokok pemberdayaan. 

Pertama, melakukan tata laksana kasus, yang meliputi: penemuan kasus, pengobatan penderita, dan sistem pelaporan yang cepat dan terdokumentasi dengan baik. 

Kedua, melakukan penyelidikan epidemiologi, terutama terhadap daerah yang terdapat kasus penderita DBD. Penyelidikan ini tentu sangat berguna untuk melakukan penanggulangan fokus terhadap kasus DBD.

Ketiga, adanya penyuluhan dan pelatihan tentang DBD pada masyarakat, melakukan pemantauan jentik secara berkala, pemetaan kasus, dan pertemuan kelompok kerja DBD secara lintas sektor dan program. Keempat, melakukan gerakan bulan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) yang diadakan sebelum bulan penularan kasus DBD.

Akhirnya, segigih-gigihnya melakukan pengendalian terhadap (vektor) nyamuk, bila perilaku hidup bersih dan sehat masyarakatnya tidak mendukung, maka keberadaan nyamuk ini akan tetap menjadi ancaman (masalah). Untuk itu, biasakan kita untuk menjaga kebersihan sanitasi lingkungan. Sebab, inilah kunci dalam penanggulangan DBD.***

Arda Dinata, pemerhati masalah kesehatan lingkungan dan penulis buku “Bersahabat dengan nyamuk: jurus jitu terhindar dari penyakit akibat nyamuk.”

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!