Buku KesehatanCatatan HarianKesehatanKesehatan LingkunganReferensi

Filosofi PHBS

Untuk itu, budaya PHBS ini masih terus digalakan dan momentum pandemi Covid-19 ini adalah menjadi momentum yang tepat untuk menanamkan budaya cuci tangan dengan air bersih dan sabun tersebut. Padahal, ada perbedaan jumlah angka kuman antara mencuci tangan menggunakan air mengalir, sabun, hand sanitizer, dan tanpa cuci tangan. Cairan pembersih tangan antiseptik (hand sanitizer) efektif terhadap penurunan jumlah angka kuman dan secara deskriptif yang paling efektif adalah hand sanitizer berupa alkohol 60% (Desiyanto & Djannah, 2013). Sedangkan, untuk sampai bisa tertular Covid-19 cukup berhadapan dengan satu pembawa Covid-19. Dan itu berlangsung umumnya di tempat publik (Nadesul, 2020).

Maksud aktivitas cuci tangan dengan benar itu adalah bila perilaku cuci tangan pakai sabun yang dilakukan sebelum menyiapkan makanan, setiap kali tangan kotor (memegang uang, binatang dan berkebun), setelah buang air besar, setelah menceboki bayi/anak, setelah menggunakan pestisida/insektisida, sebelum menyusui bayi dan sebelum makan. Ada tujuh langkah dalam mencuci tangan yang benar, yaitu: telapak bertemu telapak, di sela jari tangan, punggung tangan, jari sebelah luar, kuku, pergelangan tangan, bilas dan keringkan (Kemenkes, 2011).

Di sini, tentu kita perlu disiplin diri dalam membangun kerja sama, pengertian, dan pengorbanan untuk tidak berkegiatan sosial dibutuhkan untuk kepentingan yang lebih besar. Yakni untuk melindungi individu rentan yang memiliki faktor risiko, mengurangi jumlah spreader yang berada di dalam masyarakat. Dan membiasakan gaya hidup bersih dan sehat serta asupan gizi seimbang sehingga terhindar dari berbagai penyakit dan gangguan kesehatan (Pratomo, 2020).

Sudah sepantasnya kasus virus yang menghebohkan dunia seperti SARS, MERS, dan terakhir Covid-19 harusnya kian menyadarkan manusia. Tampaknya ada sesuatu yang salah dengan interaksi antara manusia dengan satwa liar di seputar manusia. Mengutip laporan BBC, perubahan lingkungan dan iklim telah menggusur dan mengubah habitat hewan. Otomatis cara hidup, tempat tinggal, dan pola makan mereka pun berubah. Di sisi lain, cara hidup manusia juga berubah; sekitar 55% populasi manusia kini hidup di kota, meningkat 35% dibanding 50 tahun lalu.

Lalu, dampaknya kota-kota besar ini menyediakan tempat hidup bagi hewan liar seperi tikus, rakun, tupai, rubah, unggas, anjing liar, monyet yang biasa hidup di ruang terbuka hijau dan memakan sampah yang dihasilkan manusia. Terkadang hewan liar ini lebih sukses hidup di kota dari pada di alam liar karena banyaknya pasokan makanan. Maka ruang kota lantas menjadi tempat pertemuan berbagai penyakit yang berevolusi (Surono, 2020). Jadi, waspadalah dan terus budayakan hidup bersih dan sehat.

Arda Dinata,Peneliti dan aktif di Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI).

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

One thought on “Filosofi PHBS

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!