Indahnya Menjadi Keluarga Pembelajar
“Keluarga pembelajar adalah keluarga yang memberikan kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada di dalam keluarganya untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya. Dialah keluarga yang siap menghadapi perubahan.“(Arda Dinata).
Oleh: Arda Dinata
Keluarga pembelajar adalah keluarga yang memberikan kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada di dalam keluarganya untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya. Dialah keluarga yang siap menghadapi perubahan.
Betapa indahnya menjadi keluarga pembelajar. Sebab dengan semangat selalu belajar ini, tiap anggota keluarga dengan gigihnya selalu berusaha menggapai kesempurnaan. Yakni dengan terus selalu memperbaiki diri, baik suami, istri maupun anak-anak.
Manusia pembelajar, menurut Andrias Harefa, dalam buku Menjadi Manusia Pembelajar (2000) diartikan sebagai setiap orang (manusia) yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting. Pertama, berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dengan selalu berusaha mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa pertanyaan eksistensial. Ke-dua, berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya itu, mengekspresikan, dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi dirinya sendiri dan menolak untuk dibanding-bandingkan dengan sesuatu yang “bukan dirinya”.
Dengan kata lain, keluarga pembelajar merupakan sosok keluarga yang haus akan ilmu. Dengan demikian, dengan kapasitas keilmuan dari tiap anggota keluarga, akan mengantarkan terciptanya keharmonisan dan kesuksesan membangun kehidupan keluarga.
Terkait dengan itu, ada yang me-ngentak jiwa saya ketika membaca catatan Hifizah Nur (2009) di kotasantri.com — situs yang juga biasa saya menulis seputar tema keluarga ini. Sahabat Nur ini menyoroti dari banyak kasus yang sempat mampir dalam memorinya, lalu dia mengambil kesimpulan bahwa tidak ada orang tua yang memiliki keahlian yang sudah sempurna ketika pertama kali menjadi orang tua. Orang tua bukanlah orang yang serbabisa dan serbatahu sehingga mampu menyelesaikan semua masalah dalam pendidikan anak. Meskipun orang tua tersebut memiliki berbagai gelar yang disandang di belakang namanya, bukanlah jaminan ia mengetahui secara pasti seluk beluk dunia anak.