Alam Sebagai Sekolah Bagi Penulis
Alam Sebagai Sekolah Bagi Penulis
“Alam raya ini adalah sekolah yang begitu luas bagi seorang penulis. Sekolah itu belajar. Lewat belajar itulah, inspirasi terus memberi pencerahan bagi mereka yang mau merenungi semua kejadian dan fenomena alam serta perilaku hidup manusia. Dan inspirasi itu bagi penulis adalah tambang emas yang akan diolah menjadi sebuah lumbung tulisan yang mencerahkan dan memberi manfaat bagi pembacanya.” – Arda Dinata.
Setiap manusia tidak akan terlepas dari alam. Mulai ia lahir sampai dengan meninggal dunia, dia akan bersinggungan dengan alam semesta. Alam semestalah yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan pelajaran bagi kehidupan manusia. Bagaimana sebuah kehidupan itu mulai terjadi, berkembang dan pada akhirnya menemui akhir hayatnya.
Pada tahap-tahap kehidupan yang terjadi di alam semesta itulah merupakan lahan tambang (emas) ilmu pengetahuan yang patut digali dan dituliskan oleh umat manusia agar hidupnya bisa berdaya dan bermanfaat bagi orang lain. Inilah sawah ladang bagi penulis untuk memanen ide-ide yang akan dijadikan bahan tulisannya. Sungguh alam ini telah menyediakannya secara melimpah ruah. Pertanyaanya, mau atau tidak kita menangkap apa yang terjadi pada fenomena alam beserta kehidupannya untuk menjadi bahan tulisan kita yang menarik?
Fenomena alam, kejadian hidup di alam semesta, dan termasuk di dalamnya perilaku hidup manusia itu merupakan sumber inspirasi yang selalu aktual untuk dijadikan ide bahan tulisan. Mengapa? Sebab, apa yang terjadi di alam dan lingkungan itu sesungguhnya merupakan fakta yang patut kita cari tahu dibalik fenomena yang terjadi. Dan untuk selanjutnya kita lakukan konteplasi dalam sebuah renungan akan hikmah apa yang bisa diambil sebagai bahan pelajaran bagi manusia lainnya.
Berpikir dan menulis dengan hikmah itulah kunci agar kita mampu menuangkan apa yang kita saksikan terjadi di alam semesta itu menjadi sebuah tulisan yang menarik dan bermanfaat. Bahasa hikmah itu mengajarkan bagi kita untuk selalu menyampaikan suatu kejadian yang dituliskan itu memiliki nilai-nilai pelajaran yang bermanfaat bagi setiap pembacanya.
Jadi, menulis dengan bahasa hikmah adalah menuangkan tiap kejadian yang terjadi dan kita amati itu menjadi sebuah tulisan, baru selanjutnya kita coba tarik benang merahnya berupa pelajaran-pelajaran apa saja yang dapat diambil dan diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Tepatnya, bahasa hikmah adalah bahasa kehidupan. Dan, alam semesta inilah lautan tinta yang tidak akan pernah habis untuk dirubah menjadi sebuah tulisan.
Untuk itu, bagi Anda yang ingin jadi penulis maka hukumnya wajib untuk selalu membiasakan diri membaca apa-apa yang terjadi pada fenomena alam semesta termasuk di dalamnya adalah aneka warna kehidupan yang dialami tiap manusia. Alam semesta inilah merupakan sekolah tempat belajar menjadi penulis profesional. Menulislah secara rutin dari kejadian yang terjadi di lingkungan alam semesta itu menjadi sebuah tulisan yang menggugah dan bermanfaat bagi pembacanya.***
– Arda Dinata, 21 September 2017
http://www.ardadinata.com/