Konsep Dasar Perubahan Perilaku Sehat
Kondisi sehat itu dambaan tiap orang. Kualitas kesehatan itu sangat ditentukan oleh perilaku keseharian dari orang tersebut. Jadi, faktor perilaku inilah yang menjadi kata kunci untuk mencapai kondisi kualitas kesehatan seseorang yang didambakan tersebut. Yakni bebas dari penyakit, bahaya kecelakaan dan gangguan binatang penganggu.
Konsep Dasar Perubahan Perilaku Sehat
Oleh: Arda Dinata
Kondisi sehat itu dambaan tiap orang. Kualitas kesehatan itu sangat ditentukan oleh perilaku keseharian dari orang tersebut. Jadi, faktor perilaku inilah yang menjadi kata kunci untuk mencapai kondisi kualitas kesehatan seseorang yang didambakan tersebut. Yakni bebas dari penyakit, bahaya kecelakaan dan gangguan binatang penganggu.
Setiap kita, tentu sadar betul untuk merubah perilaku tersebut, bukan sesuatu yang mudah. Butuh ketekunan untuk memberikan informasi kesehatan yang benar dan membuka hati akan kesadaran berperilaku hidup sehat. Inilah kerja tak putus sepanjang hidup untuk membangun kesadaran pada masyarakat untuk hidup sehat. Mulai dari gaya hidup sehat, perilaku hygiene, pola makan dan pergaulan di masyarakat.
Dalam hal ini, menurut Pender, perubahan perilaku sehat merupakan suatu usaha untuk berubah yang dapat ditunjukkan dengan penghentian tingkah laku yang memperburuk kesehatannya atau meningkatkan tingkah laku sehat. Sedangkan yang dimaksud perilaku hidup sehat adalah tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya (Maulana, 2007).
Untuk itu, kerja pemberdayaan masyarakat untuk merubah perilaku agar menjadi lebih sehat haruslah dilakukan dengan memanfaatkan seluruh potensi dan elemen di dalam masyarakat. Kesadaran seperti inilah yang harus kita bangun setahap demi setahap dengan tanpa lelah.
Inilah bahasa perilaku yang harus dilakukan, yakni tidak hanya diucapkan dan disampaikan pada masyarakat, tapi justru harus dilakukan oleh kita sendiri sebagai teladannya dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Sebab, kalau bahasa lisan bertolak belakang dengan perilaku keseharian diri kita yang menyampaikan. Maka dapat dipastikan faktor keberhasilannya akan jauh dari kata sukses dan berhasil.
Tahapan Perubahan Perilaku Sehat
Perubahan perilaku seseorang dan masyarakat, tentu tidak dilakukan secara sim salabim seperti seorang pesulap di atas panggung. Di sini, butuh kerja simultan secara terus menerus dan saling kolaborasi diantara anggota komunitas masyarakat setempat. Paling tidak dalam komunitas itu harus kreatif dalam memunculkan pemicu positif yang dapat menggerakkan masyarakat agar menjadi lebih baik.
Untuk itu, tidak kalah pentingnya dalam kita memunculkan pencetus dan pemicu gerakan perubahan perilaku tersebut, kita harus mengetahui dan memahami pola-pola perubahan perilaku sehat dalam suatu masyarakat itu. Dalam hal ini, perubahan perilaku sehat dapat melalui beberapa tahap yang saya adaptasi dari Kozier, et al (2015), yaitu: tahap prakontemplasi, kontemplasi, persiapan, tindakan, pemeliharaan, dan terminasi.
Berikut ini, akan saya coba jelaskan berdasarkan pengalaman selama ini dari keenam tahapan perubahan perilaku sehat tersebut. Semoga dengan penjelasan ini, wawasan kita menjadi bertambah dan lebih terinspirasi lagi untuk selalu menggali ilmu untuk mendapatkan ide inovasi yang dapat digunakan dalam melakukan pemberdayaan di masyarakat sesuai kebutuhan dan masalah yang kita hadapi tentunya.
(2) Tahap kontemplasi. Inilah tahap perenungan atas informasi yang komplit dan menyeluruh yang telah kita sampaikan pada seseorang atau komunitas masyarakat tertentu. Biarkan seseorang atau masyarakat itu merenung sejenak terkait permaslahan yang sedang dihadapinya agar mereka dapat berpikir secara jernih dan bercermin pada kata hatinya terkait masalah yang sedang dihadapinya itu.
Pada tahap ini, biasanya klien menyadari masalah yang dihadapinya itu serius dan perlu perubahan perilaku. Maka, dari itu klien mulai mencari-cari informasi dan mengungkapkan rencana untuk mengubah perilakunya. Inilah saatnya kita menjadi pendengar setia dan pendamping yang ikhlas. Coba gali apa-apa yang diinginkan dan peluang potensi apa yang dapat dilakukan untuk memberdayakan dirinya maupun komunitas masyarakat.
(3) Tahap persiapan. Setelah tahap kontemplasi, lalu hasil dari renungannya tersebut kita coba susun dan dicatat sebagai dalam tahap persiapan ini. Sebab, biasanya seseorang atau klien komunitas masyarakat tersebut sudah mulai membuat rencana khusus yang akan dilakukan hingga akhir perubahan. Klien menganggap keuntungan perubahan perilaku lebih banyak daripada kerugiannya.
Inilah tahap yang tepat, untuk mencatat semua masukan dan keinginannya untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik. Inilah tahap persiapan untuk mematangkan apa-apa yang akan dilakukannya kemudian sebagai tindakan yang dihasilkan dari kesadaran dirinya sendiri. Tugas kita hanya memfasilitasi apa yang akan dilakukan sebagai tindakan selanjutnya.
(4) Tahap tindakan. Saatnya kita menjadi faktor pendorong dan motivator dalam menjalankan tindakan-tindakan positif yang sudah mereka catat sebelumnya. Pada tahap ini klien sudah melakukan rencana yang telah dibuat sebelumnya, maka dari itu klien membutuhkan motivasi agar semangat dalam menjalani rencana ini berjalan dengan baik.
Tahap ini, betul-betul kita menjadi fasilitator yang full motivasi agar apa-apa yang sudah direncanakannya tersebut berwujud menjadi sebuah tindakan yang berkelanjutan dan terus menerus dilakukan dalam merubah perilaku positifnya itu. Pada tahapan ini, kita tidak bosan-bosannya selalu mengingatkan apa-apa yang belum dan harus dilakukan sesuai dengan item yang telah dicatat sebelumnya.
(5) Tahap pemeliharaan. Inilah, tahap yang sesungguhnya lebih berat. Sebab, mempertahankan perilaku yang positif itu akan lebih berat tantangannya daripada memulainnya. Sehingga di sini, kita harus terus mendampingi dengan setia sampai apa yang dilakukannnya tersebut menjadi sebuah kebiasaan yang positif bagi seseorang atau komunitas masyarakat tersebut.
Arti lainnya, pada tahap ini kita menekankan pada perubahan perilaku yang terjadi diintegrasikan ke dalam gaya hidup klien yang sedang kita tangani. Sebab, kondisi klien yang gagal dalam tahap ini, tentu akan mengalami relaps dan kembali ke tahap awal. Relaps merupakan suatu kesempatan untuk belajar dari pengalaman dan memperbarui usaha untuk berubah. Inilah tantangan berat lainnya dalam upaya pemberdayaan di masyarakat yang mesti kita bangun dan jaga terus menerus.
(6) Tahap terminasi. Terminasi diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mengakhiri sesuatu; penghentian; hasil akhir; keluaran. Jadi, pada tahap ini sudah yakin bahwa masalah bukan lagi godaan atau ancaman bagi kehidupan seseorang atau komunitas masyarakat tersebut. Inilah tahap mengevaluasi atas keberhasilan yang dicapai dalam melakukan pemberdayaan pada masyarakat.
Pada tahap ini, kita bisa melakukan duplikasi apa yang telah dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat ini. Arti lainnya, pola-pola keberhasilan yang telah dilakukan tersebut dapat diduplikasikan pada tempat yang lain. Baik duplikasi langsung maupun melalui pola tiru dan modifikasi yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada.
Selamat menerapkan pola-pola perubahan perilaku sehat di masyarakat. Saya yakin pola-pola tersebut berlaku umum dan dapat diterapkan pada masalah kesehatan apa pun sebagai upaya dasar dalam pemberdayaan masyarakat.
Bagaimana menurut Anda tulisan ini? Silahkan share artikel ini bila dirasa bermanfaat. Saya nantikan komentar dan masukan tema tulisan yang pembaca inginkan untuk dibahas dalam tulisan saya selanjutnya. Salam sehat, sukses selalu!
Bahan Bacaan:
Maulana, H. D. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbiit Buku Kedokteran EGC. Kozier, B., Erb., Berman, A. & Snyder, J.S. (2015). Fundamental of Nursing: Vol 1 / Berman (and 10 others). Third edition. Australia: Pearson Education, Inc.
ijin Share…."