Nasihat Itu Menggugah Kesadaran Hati
“Dan hendaknya ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104).
Nasihat Itu Menggugah Kesadaran Hati
Oleh Arda Dinata
Nasihat itu ajaran. Atau pelajaran baik. Nasihat, bisa diartikan sebagai anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik. “Nasihat itu adalah suatu kata untuk menerangkan satu pengertian. Yaitu keinginan kebaikan bagi yang dinasihati,” demikian kata Imam Khaththabi ra. Jadi, adanya nasihat dalam kehidupan manusia itu sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan akhlak seseorang.
Tujuan nasihat itu untuk kebaikan. Berharap hati dan pikiran orang yang dinasihati itu menjadi tergugah kesadarannya menjadi lebih baik. Berilah nasihat dengan keikhlasan. Sebab, ada kalanya nasihat itu tidak sekali jadi. Lakukanlah nasihat sepenuh hati agar hasil yang dicapai penuh gizi kebaikan.
Lalu, bagaimana langkahnya agar nasihat menghasilkan perubahan perilaku kebaikan dalam kehidupan orang yang dinasihati? Langkahnya tentu tidak terhenti sebelum betul-betul menghasilkan perubahan perilaku kebaikan dalam kehidupan orang yang dinasihati. Untuk itu, tidak sedikit langkah nasihat itu perlu pengulangan berkali-kali.
Sebuah nasihat lebih efektif bila dilakukan dengan contoh perilaku. Artinya, dengan tidak banyak kata-kata harusnya orang bisa mendapatkan nasihat lewat kebaikan perilaku yang kita perlihatkan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip ini selalu saya coba bangun dalam kehidupan di lingkungan keluarga. Untuk mencapai hasil maksimal atas nasihat menasihati ini, yang saya lakukan adalah dengan berusaha memperbaiki diri dan menyempurnakan ikhtiar.
Dalam pengantar buku, Cerminan Hidayah, Wasiat Seorang Ayah pada Anaknya, karya Abdullah al-Maqani (2003), dituliskan bahwa sebuah nasihat diakui jauh lebih efektif ketimbang penjelasan filsafat, misalnya. Sebuah nasihat tidak berbelit-belit tapi bagai kanon yang menembakkan peluru langsung menembus jantung nurani dan kesadaran manusia.
Lebih lanjut diuraikan bahwa nasihat itu muncul dari keprihatinan nurani yang nyata, sementara filsafat lahir dari keprihatinan penalaran yang rumit. Namun demikian, sebuah nasihat pasti bersifat filosofis. Artinya, bukan filosofis dengan pengertian yang akademis, teoritis, dan kaku. Melainkan lebih pada gugatan praktis terhadap kejumudan berpikir dan berkesadaran, namun memiliki horison pandangan yang teramat luas dan beraneka-warna.
Nasihat itu sungguh butuh seni tersendiri. Dengan kreatifitas, sebuah nasihat akan mencapai hasil yang berbuah manis. Nasihat yang dilakukan dengan kreatif akan jauh dari kesan menggurui. Ketuklah hatinya, sehingga isi nasihat yang kita lakukan akan sampai ke hati orang yang dinasihati. Kadangkala, nasihat itu tidak perlu dengan lisan (yang menggurui), tapi cukup dengan kata-kata dan perilaku yang memberkati hati nurani.
Terus terang, saya sangat merindukan nasihat-nasihat yang disampaikan lewat kisah, cerita, dongeng dan obralan dari orang-orang tua, seperti saat waktu kecil dulu dalam acara midangan malam hajatan warga kampung. Lewat obrolan santai itu, sambil minum teh dan kopi, yang sesekali diselingi tertawa mereka yang hadir, saya banyak mendapat banyak nasihat dan filosofi hidup yang patut dipedomani. Pokoknya, banyak nasihat yang penuh inspirasi dan menggugah kesadaran hati saya tanpa ada kesan menggurui.
Semoga nasihat-nasihat yang kita sampaikan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat selama ini, mampu menghentikan keburukan yang telah berlangsung lama dalam diri seseorang. Ibarat pepatah yang mengungkapkan, “Seperti hujan sehari memupuskan panas setahun.”
Bagaimana pendapat Anda terkait nasihat dalam kehidupan seseorang? Saya tunggu komentarnya di kolom komentar di bawah ini. Salam sukses berkah selalu. Aamiin.
Arda Dinta,
Peneliti, Penulis dan Pendiri Majelis Inspirasi Al-Quran & Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, https://miqraindonesia.com