“Tidak ada yang lebih mulia daripada hidup yang diniatkan untuk ibadah, seperti mengabdikan hidup kita untuk kesehatan sesama. Setiap pemeriksaan parameter, setiap hasil yang kita keluarkan, adalah doa dan harapan bagi kehidupan yang lebih baik.”
Oleh: Arda Dinata
Di balik setiap hasil laborarorium yang menentukan hidup-mati seseorang, ada mata yang tak pernah lelah mengawasi, telinga yang selalu siaga mendengar, dan tangan yang tak henti bekerja. Itulah Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) Regional—garda terdepan yang sering tak terlihat, namun dampaknya menggema hingga ke pelosok nusantara.

Sebelum saya bahas tema ini lebih lanjut, perlu disampaikan bahwa pandangan yang disampaikan adalah murni pribadi, bukan mencerminkan kebijakan atau mewakili tempat saya bekerja. Apa yang saya sampaikan adalah gabungan pengalaman, mimpi, dan keinginan yang mencoba menerjemahkan sejarah lahirnya Labkesmas berdasarkan bacaan dan renungan dari lapangan selama ini.
Mengapa Labkesmas Regional Begitu Vital?
Empat pilar menjadi pondasi pentingnya keberadaan Labkesmas Regional. Pertama, sebagai garda terdepan kesehatan masyarakat. Kita adalah mata dan telinga sistem kesehatan nasional yang mendeteksi ancaman kesehatan sejak dini.
Kedua, menjadi tulang punggung surveilans. Setiap data yang kita hasilkan menjadi dasar kebijakan kesehatan yang berdampak pada jutaan nyawa.
Ketiga, berperan sebagai jembatan penghubung yang menghubungkan kebijakan nasional dengan implementasi di tingkat daerah melalui bimbingan teknis berkualitas.
Keempat, berfungsi sebagai benteng pertahanan. Kita menjadi garis depan yang tidak tergantikan dalam diagnosis dan pencegahan penyakit.
Labkesmas merupakan pintu masuk dalam penguatan sistem kesehatan. Dengan menjalankan fungsinya, terutama Labkesmas Tier 4 (Regional) memiliki peran penting dan strategis dalam mendukung sistem kesehatan nasional, terutama dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Caranya bisa melalui penguatan sistem deteksi dini yang lebih sensitif dan akurat, kesiapan menghadapi wabah dan pandemi, integrasi data laboratorium untuk pengambilan keputusan yang lebih baik, serta kontribusi nyata terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Kehadiran setiap orang di Labkesmas memiliki peran sentral dan strategis untuk dimaksimalkan sesuai peran masing-masing. Baik tenaga teknis maupun manajemen harus bersinergi membangun harmonisasi toleransi di tengah peran dan perbedaan yang ada.
Ruang di Antara Perbedaan
Melihat pentingnya keberadaan Labkesmas Regional, tidak berlebihan bila setiap kita harus menempatkan toleransi di atas setiap perbedaan dengan memaksimalkan potensi yang ada.
Toleransi adalah jembatan yang menghubungkan pulau-pulau perbedaan dalam lautan kemanusiaan yang satu. Toleransi bukanlah kelemahan jiwa, melainkan kekuatan tertinggi yang memungkinkan manusia menemukan kebenaran di balik keragaman.
Ada sebuah cerita yang patut kita renungkan. Di sebuah kebun yang subur, tumbuh berbagai jenis pohon—mangga, jambu, nangka, dan rambutan. Seorang tukang kebun bijaksana tidak pernah memaksa pohon mangga berbuah jambu, atau pohon nangka menghasilkan rambutan.
Ia memahami bahwa keindahan kebun justru terletak pada keragaman buah yang dihasilkan. Setiap pohon diberi ruang untuk tumbuh sesuai kodratnya, disiram dengan air yang sama, dipupuk dengan kasih sayang yang setara.