Cinta di Ujung Senja Pangandaran - www.ArdaDinata.com
Catatan HarianCerita Pendek

Cinta di Ujung Senja Pangandaran

Cinta di Ujung Senja Pangandaran. Arinda duduk di atas selimut yang dia bawa, dengan sandal jepitnya melihat pemandangan yang menakjubkan. Dia mencintai ombak yang berbisik dengan angin senja, dan aroma asin yang terbawa oleh tiupan angin.

Cerpen: Arda Dinata

Saat matahari merayap turun ke ujung barat, langit di Pantai Pangandaran berubah warna menjadi kombinasi oranye dan merah muda yang indah. Pantai yang penuh dengan pasir putih dan ombak tenang ini adalah tempat yang selalu Arinda rindukan, tempat yang selalu menyapanya dengan keramahan dan ketenangan. Dan, hari ini, pantai ini akan menjadi saksi pertemuan yang akan mengubah hidupnya.

Arinda adalah seorang pria muda yang hidup di kota besar. Dia adalah seorang arsitek yang sibuk dengan pekerjaan dan tekanan hidup di perkotaan. Pantai Pangandaran adalah tempat pelarian dari rutinitas dan stresnya. Dan, pada pertemuan khusus ini, tempat itu akan memiliki makna yang lebih dalam.

Arinda mengingat janji yang dia buat dengan Sarah, teman masa kecilnya. Mereka berdua pernah tinggal di Pangandaran dan menghabiskan banyak waktu bersama. Tapi, ketika dewasa, hidup membawa mereka ke jalan yang berbeda. Arinda pergi ke kota besar untuk mengejar karier sebagai arsitek, sementara Sarah tetap tinggal di Pangandaran, menjalankan usaha keluarganya.

“Arin, kamu ingat janji kita dulu?” Sarah pernah bertanya, “Ketika kita dewasa, kita akan bertemu di sini lagi.”

Hari ini adalah hari yang Sarah maksudkan. Mereka sepakat untuk bertemu di Pantai Pangandaran di senja hari ini. Arinda merasa gugup dan tidak sabar. Setelah beberapa tahun terpisah, dia merasa seperti hari ini adalah awal dari babak baru dalam hidupnya.

BACA JUGA:  Mari Produksi Kata-Kata Penuh Makna

Saat matahari semakin merunduk dan jarak antara langit dan lautan semakin tipis, Arinda melihat seseorang berjalan mendekat. Itu adalah Sarah. Dia tampak lebih dewasa, dengan senyum hangat di wajahnya.

“Arin, kau masih tampan seperti dulu,” kata Sarah saat mereka berdua saling berpelukan.

Arinda tersenyum malu. “Terimakasih, Sarah. Kau juga terlihat baik.”

Arda Dinata

*Arda Dinata, adalah Pendiri Majelis Inspirasi Al-Quran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia dan kolomnis tetap di Sanitarian Indonesia (http://insanitarian.com). Aktivitas hariannya sebagai peneliti, sanitarian, dan penanggungjawab Laboratorium Kesehatan Lingkungan, tinggal di Pangandaran.

One thought on “Cinta di Ujung Senja Pangandaran

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!