Inspirasi

Indahnya Berkeluarga dengan Bening Hati

Budi pekerti Islam, kesalehan, keadilan, toleransi dan kebersihan jiwa Ali sangat terkenal. Ia termasuk salah seorang dari tiga tokoh (Abu Bakar As Shiddiq, Umar bin Khatab, Ali bin Abu Thalib) yang di dalam dirinya tercermin kepribadian Rasulullah. Mereka bertiga laksana mutiara yang memancarkan cahayanya.

Berkait dengan kebeningan hati ini, Ali ra berkata, “Sesungguhnya Allah ta’ala di bumi-Nya mempunyai sebuah wadah, yaitu hati. Maka yang paling dicintai Allah ialah hati yang paling lembut, paling jernih, dan paling keras.” Kemudian beliau menafsirkannya. “Maksudnya ialah yang paling keras dalam agama, paling jernih dalam keyakinan, serta paling lembut terhadap saudara-saudaranya.”

Bukti kebeningan hati Ali ra, tercermin juga pada kejadian berikut ini. Pada suatu hari Khalifah Ali bin Abu Thalib menegur Ashim bin Ziyad yang mengenakan pakaian terbuat dari bahan sangat kasar (aba’ah) dan meninggalkan sama sekali kenikmatan hidup di dunia. Beliau berkata: “Hai ‘musuh kecil’ dirinya sendiri! Sesungguhnya engkau telah disesatkan oleh setan. Tidaklah engkau mengasihani si istri dan anak-anakmu? Apakah menurut perkiranmu, Allah Swt telah menghalalkan bagimu segala yang baik, lalu Ia tidak menyukai engkau menikmatinya …? Sungguh, dirimu terlalu kecil untuk dituntut melakukan seperti itu oleh-Nya!”

“Tetapi, wahai Amirul Mukminin,” ujar Ashim, “Anda sendiri memberi contoh dengan mengenakan pakaian amat kasar dan memakan makanan yang kering!”

“Ketahuilah,” jawab Ali, “Dirimu tidak seperti diriku, sebab Allah telah mewajibkan atas para pemimpin yang benar agar mengukur dirinya dengan keadaan rakyat yang lemah, sehingga orang miskin tidak sampai tersengat oleh kepedihan kemiskinannya.”

Nasehat Ali itu menunjukkan bahwa tidak masalah bagi rakyat biasa menikmati suatu karunia-Nya –sepanjang menikmatinya benar dan tidak melupakan kepada fakir miskin–.

Sebaliknya, Ali mengecam orang yang memilih hidup amat miskin hingga menelantarkan keluarga, padahal ia mampu untuk hidup lebih baik. Sedangkan, pemimpin yang baik, harus mengukur dirinya dengan keadaan rakyat yang lemah. Dampaknya, orang miskin tidak terlalu pedih atau putus asa dan adanya kesederhanaan pemimpin akan memberikan teladan bagi si kaya dalam membelanjakan hartanya.

Sungguh indah, suatu keluarga yang hidupnya dibangun dengan kebeningan hati. Maka, panjatkanlah selalu doa: “…. Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Furqaan: 74).

Bagaimana menurut Anda?

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!