Inspirasi

Janji dan Takaran Kehormatan Manusia

Itulah sebabnya, mengapa Sayyid Mujtaba Musavi Lari mengungkapkan, jika lidah manusia telah teracuni oleh dusta, kotorannya akan tampak padanya. Dampak-dampaknya adalah seperti angin musim gugur yang menghembus daun-daun pepohonan. Dusta memadamkan cahaya eksistensi manusia dan menyalakan api khianat dalam dada. Dusta juga memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam menghancurkan ikatan persatuan dan keharmonisan di antara manusia serta mengembangkan kemunafikan.

Sebenarnya, penyebab besar menyangkut kesesatan manusia ialah bersumber dari pernyataan-pernyataan batil dan kata-kata yang kosong. Di sini, tentu sangat berbahaya terutama bagi manusia yang memiliki niat jahat, karena dusta merupakan pintu terbuka untuk mencapai tujuan-tujuan pribadinya dengan menyembunyikan fakta-fakta dibalik kata-kata magisnya, dan kemudian menerkam orang-orang yang tidak berdosa dengan dusta-dusta yang beracun.

Dari sini, setiap kita hendaknya waspada terhadap janji-janji yang kita ucapkan. Sebab, kata Dr. Raymond Peach, dusta adalah senjata pertahanan terbaik dari orang yang lemah dan jalan tercepat untuk menghindari bahaya. Dalam banyak hal, dusta merupakan suatu reaksi terhadap kelemahan dan kegagalan. Jadi, bila seseorang ingkar janji (berdusta) berarti sesungguhnya ia adalah orang-orang yang lemah.

* *

JANJI jujur adalah salah satu sifat yang paling indah. Sebaliknya, janji dusta merupakan salah satu sifat yang paling buruk. Di sini, lidah berperan menerjemahkan perasaan-perasaan batin manusia keluar. Oleh karena itu, jika dusta itu berangkat dari dengki/benci, maka ia merupakan salah satu tanda yang berbahaya dari amarah. Dan jika dusta itu berangkat dari kebakhilan atau kebiasaan, maka sesungguhnya sifat ini berasal dari pengaruh-pengaruh nafsu manusia yang membara.

Al-Ghazali berkata, “Lidah adalah anugerah yang bermanfaat. Ia adalah makhluk yang lembut, dengan tidak menghiraukan ukurannya yang kecil ia melaksanakan tugas yang sangat penting ketika ia ingin taat dalam keadaan tidak taat. Baik kafir maupun beriman, terejawantahkan melalui lidah, dan ia adalah ibadah atau keingkaran yang penghabisan.”

Jadi, ketiadaan rasa tanggung jawab dan pelanggaran berbagai peraturan hanya akan mewujudkan kejahilan akan asas-asas kehidupan dan mengantar kepada kesengsaraan dan kerusakan. Tidak ada kesalahan yang lebih besar daripada pelecehan terhadap para anggota masyarakatnya. Oleh karena itu, kita harus mencegah pelanggaran kewajiban individual yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi nafsu-nafsu kita.

Menurut Buzarjumehr, pelanggaran sumpah (janji-Pen) menjauhkan martabat manusia. Artinya orang-orang yang menyelewengkan dirinya dari jalan yang benar dengan melanggar janji-janjinya, akan menanam benih-benih penolakan dan kebencian di dalam hati orang lain. Pada akhirnya, tindakan pelanggaran itu akan mempermalukannya, kemudian ia akan mencoba untuk menutupi berbagai tindakannya dengan macam-macam alasan dan kontradiksi, sehingga orang-orang yang mengetahui orang ini akan melihat bahwa ia adalah seorang munafik yang tersesat.

Akhirnya dapat dikatakan, kalau ingkar janji itu termasuk diantara unsur yang paling aktif dalam menciptakan perselisihan sosial dan melemahkan ikatan diantara manusia. Sehingga pemenuhan janji itu penting bagi seseorang yang ingin hidup bermasyarakat. Ia adalah landasan bagi kebahagian, perkembangan dan keberhasilan sosial. Jadi, dengan kata lain takaran kehormatan manusia dapat terukur dari seberapa besar ia mampu menepati janji-janjinya. Wallahu’alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!