Perasaan Baik Lebih Berharga Dari Kecantikan
Perasaan Baik Lebih Berharga Dari Kecantikan
Oleh: Arda Dinata
Kecantikan itu, bikin orang terlihat awet muda. Itulah, sebabnya bicara kecantikan akan selalu menghiasi pikiran tiap wanita muda. Itu suatu naluriah sebagai seorang wanita. Dan kecantikan itu, pastinya bikin mempesona para pria dewasa.
Dunia itu perhiasan. Dan kehidupan dunia itu, sungguh merupakan pancaran kesenangan yang bersifat sementara. Keberadaan perhiasan maupun kesenangan itu memiliki karakter yang dapat melalaikan manusia. Untuk itu, berhati-hatilah terhadap keberadaan dan tipu dayanya.
Secara bahasa, perhiasan diartikan sebagai sebuah benda yang digunakan untuk merias atau mempercantik diri. Perhiasan biasanya terbuat dari emas ataupun perak dan terdiri dari berbagai macam bentuk, mulai dari cincin, kalung, gelang, liontin dan lain-lain. Itulah aksesoris perhiasan secara fisik.
Padahal ada perhiasan yang tidak hanya membikin cantik lahir saja, tapi ia membuat seseorang terlihat cantik lahir dan batin serta awet muda. Kecantikan model ini, tentu tidak hanya keinginan wanita. Para pria pun, berharap awet muda dan ketampanannya terpancar secara lahir batin. Pertanyaannya, perhiasan macam apakah itu?
Terkait itu, ketika ditanya mengapa ia tampak muda meski hidupnya sukar, Ibu Teresa menjawab, “Terkadang perasaan baik dari dalam lebih berharga daripada seorang ahli kecantikan.”
Yup, benar pisan! Perasaan baik memberi cahaya pada aura kecantikan wajahnya. Wajah alami nan penuh pesona. Tatapan matanya mendebarkan isi hati. Tutur katanya sopan dan penuh inspirasi. Perilaku akhlak dan pikirannya memberi aura kecerdasan akal budi. Itulah perhiasan yang melahirkan kecantikan sejati.
Perasaan baik dari dalam diri itu sebagai perhiasan dan mahkota terindah yang layak dimiliki tiap manusia. Perasaan baik dari dalam diri akan mempengaruhi jiwa dan pikiran manusia. Dari sinilah akan lahir rasa malu dalam pola pikirnya.
Islam menggambarkan, wujud adanya rasa malu itu bagaikan sebuah permata yang disimpan dalam sebuah bejana bening. Jelas-jelas mempesona, terlihat dan terpancar keindahannya. Bagi Anda yang memakai perhiasan rasa malu ini akan terlihat lebih indah dan memukau mata yang memandangnya.
Rasulullah Saw. berkata, “Tidak ada sifat keji yang melekat pada sesuatu, kecuali ia akan memperburuknya. Tidak ada rasa malu yang melekat pada sesuatu, kecuali ia akan menghiasinya.” Begitu isi yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra.
Bagaimana indikator rasa malu ini dapat mewujudkan dan menjaga utuhnya perasaan baik dalam diri seseorang? Cara sederhana dan paling mudah adalah dengan mengkonsulkan adanya rasa malu ini kepada hati nurani. Artinya, setiap kali ada masalah atau akan melakukan suatu perbuatan yang kadangkala kita ada keragu-raguan, maka sebelum melakukannya coba tanyakan langsung kepada hati nurani kita masing-masing. Sebab, hati nurani itu jujur.
Jagalah selalu perasaan baik itu agar hidupmu penuh dengan kecantikan dan terlihat lebih muda. Untuk itu, ada pesan dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra berikut ini:
“Ada delapan perkara yang merupakan perhiasan bagi delapan perkara lainnya, yaitu: Pertama, memilihara diri dari meminta merupakan perhiasan bagi kefakiran;
Kedua, bersyukur kepada Allah merupakan perhiasan bagi nikmat yang telah diberikan-Nya;
Ketiga, sabar adalah perhiasan bagi musibah;
Keempat, tawadhu adalah perhiasan bagi (kemuliaan) nasab;
Kelima, santun adalah perhiasan bagi ilmu;
Keenam, rendah hati adalah perhiasan bagi seorang pelajar;
Ketujuh, tidak menyebut-nyebut pemberian merupakan perhiasan bagi kebaikan;
Kedelapan, khusyu adalah perhiasan bagi sholat.”
Itulah delapan perhiasan yang akan menjaga perasaan baik selalu tumbuh dan bermesraan dengan hidup Anda, sehingga kecantikan pun setia melekat dalam tubuh kita.
Bagaimana menurut Anda? Semoga bermanfaat dan sukses berkah selalu. Aamiin.
Arda Dinata,
Penulis, Peneliti dan Pendiri Majelis Inspirasi Alquran & Realitas Alam (MIQRA) Indonesia,