Inspirasi

Perilaku Orang Tua Mempengaruhi Perilaku Anaknya

Perilaku itu sendiri pada hakekatnya dapat dibagi dalam tiga bentuk. Hal ini sesuai dengan pendapat Benyamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, yang menyatakan bahwa perilaku itu terdiri dari ranah kognitif (aspek pengetahuan), ranah afektif (aspek sikap) dan ranah psikomotorik (aspek tindakan).

Pengetahuan seorang anak merupakan hasil dari tahu tentang sesuatu. Hal ini terjadi setelah seorang anak melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan ini sebenarnya menjadi ranah yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengertian sikap berbeda dengan pengetahuan. Sikap berarti cara bereaksi seorang anak secara spontan terhadap rangsangan. Sehingga konsekuensinya, sikap ini tentu tidak dapat dilihat secara sesaat, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sedangkan menyangkut pembentukan sikap seorang anak sendiri dapat dipengaruhi oleh bakat, minat, pengetahuan, pengalaman, emosional, dan situasi lingkungan.

Batasan tindakan juga berbeda dengan pengetahuan maupun sikap. Tindakan seorang anak merupakan terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata yang didukung oleh kondisi yang memungkinkan munculnya suatu tindakan tertentu. Salah satunya adalah fasilitas yang disediakan orang tua pada anaknya.

Jadi, perilaku seorang anak dapat terwujud melalui perpaduan ketiga ranah tersebut. Selain itu dipengaruhi pula oleh latar belakang keluarga, kepercayaan, kesiapan mental, sarana dan faktor pembimbing (pencetus) dalam suatu lingkungan di mana kita tinggal.

Untuk itu, tidaklah berlebihan yang dikatakan pakar komunikasi anatar pribadi, Dr Muhammad Budyanta bahwa, “Kalau para remaja, pemuda dan anak-anak terserang narkoba dan psikotropika, lebih banyak disebabkan oleh rapuhnya benteng pertahanan di rumah.”

Selain tentunya, adanya kesenjangan budaya antara orang tua dan generasi muda, juga kurangnya pendidikan, penghayatan dan pengamalan agamanya. Seperti dicontohkan Budyatna, orang tua memaksakan anaknya mengikuti pendidikan agama, tapi (dirinya) tidak memberi contoh yang baik dengan alasan sibuk. Hal ini menandakan belum dipahaminya peran dari ketiga ranah tersebut.

Akhirnya, patut kita pahami dan renungkan apa yang diungkap oleh Muhammad Al-Baqir (1999:135) dalam Mutiara Nahjul Balaghah bahwa setiap anak mempunyai hak atas ayahnya (orang tuanya) dan setiap ayah mempunyai hak atas anaknya. Adapun hal si ayah atas anaknya ialah ketaatan si anak kepadanya dalam segala urusan, kecuali kemaksiaatan terhadap Allah SWT. Sedangkan hak si anak terhadap ayahnya ialah memberikan nama yang baik, mendidiknya dengan baik dan mengajarinya Alquran.

Untuk itu sebagai solusinya seperti diungkap oleh salah seorang sahabat Rasulullah Saw, Abdullah bin Mas’ud yang berpesan kepada para bapak agar membiasakan anak-anaknya melakukan yang baik. Ia berkata: “Biasakanlah mereka dengan perbuatan baik karena sesungguhnya kebaikan itu dengan membiasakannya.”

Dalam hal ini, Nabi Muhammad Saw dalam salah satu sabdanya menyatakan: “Setiap anak dilahirkan suci-bersih, maka orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” Secara demikian, jangan sia-siakan bagi para orang tua untuk berperilaku baik, lebih-lebih di depan anak-anaknya. Karena perilaku anak adalah cermin perilaku orang tuanya. Wallahu a’lam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!