Perilaku Orang Tua Mempengaruhi Perilaku Anaknya
KELUARGA sakinah akan memposisikan dirinya dan setiap anggota keluarganya menuju kondisi yang sehat lahir dan batin. Dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Oleh: Arda Dinata
Sementara itu, konsep (terbaru) “The Mandala of Health” dari golongan human ecology yang menganut paham bahwa kondisi manusia yang seimbang (baca: sehat) adalah sehat fisik, jasmani, jiwa, sosial dan rohani. Konsep ini bersifat holistik karena mengakui bahwa seseorang menjadi sakit bukan karena satu faktor saja, tetapi banyak faktor.
Pernyataan terakhir sejalan dengan ungkapan Hendrik L Bloom bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia adalah faktor lingkungan mempengaruhi sebesar (40%), perilaku manusia (35%), pelayanan kesehatan (20%), dan keturunan (5%). Berkait dengan ini, lantas timbul pertanyaan, betulkah perilaku orang tua itu dapat mempengaruhi perkembangan anak-anaknya (baca: perilaku anaknya)?
Maraknya kasus penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di Indonesia saat ini, membuat setiap orang tua menjadi “terpukul”. Terutama bagi mereka yang anak-anaknya benar-benar termasuk golongan pengguna barang-barang terlarang itu.
Terpukulnya orang tua, tidak lain karena berkait dengan pola bimbingan dan asuhan yang dilakukannya selama ini, barangkali patut diragukan. Di sinilah perlu pola pikir bijaksana dari para orang tua untuk mencari solusi yang terbaik terhadap permasalahan yang dihadapi anaknya.
Kita mungkin masih ingat para orang tua dulu, sering mengatakan bahwa hanya orang tua bijaksana yang akan selalu melakukan introspeksi mengapa seorang anak menjadi berperilaku abnormal (baca: merusak, menyimpang). Kata-kata berikut, setidaknya harus selalu diingat sebagai pola antisipasi para orang tua dalam membimbing anaknya, yakni Like father like son, perilaku seorang anak merupakan cerminan perilaku orang tuanya.
Berkait dengan pernyataan di atas, Republika (4/9/02) memberitakan Dr Toni Terling Watt, koordinator tim penelitian Universitas Southwest Texas State, AS, mengatakan bahwa remaja, khususnya laki-laki, berisiko tinggi terlibat hubungan seksual di bawah umur jika orang tua mereka merokok atau minum-minuman keras.
Dari hasil penelitian itu disebutkan juga, remaja yang mempunyai orang tua perokok atau peminum, diyakini rentan dalam mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan tindakan kriminal. Kebanyakan mereka sering berurusan dengan pihak berwajib.
Hal senada juga diungkapkan Esther Wilder, peneliti dari Lehman College, New York. Dari hasil penelitiannya, tercatat 50 persen remaja yang orang tuanya merokok cenderung melakukan hubungan seksual di usia dini. Bahkan, mereka melakukannya sebelum usia 15 tahun. Naudzubillah.
Fakta ini didapatkan dari survei terhadap 19 ribu remaja berusia 13 hingga 18 tahun pada program National Longitudinal Study of Adolescent Health di AS. Sebanyak 31 persen dari mereka mempunyai orang tua yang suka merokok.
Dari penelitian itu terungkap, kebanyakan anak-anak meniru perilaku orang tuanya (ayah dan ibu). Mereka merokok karena melihat ayah atau ibunya merokok. Begitupun ketika ditanya kenapa anak-anak itu minum minuman keras, juga karena faktor orang tua. Jadi, masihkan kita akan berperilaku buruk? Karena bukankah hal itu berlaku pada perilaku buruk lainnya?