Rumah Tangga di Bawah Naungan Cinta*)

Arda Dinata

Untuk itu, sejak awal tiap suami-istri harus sadar betul bahwa pohon-pohon rumah tangga itu senantiasa membutuhkan pengairan terus menerus yang mengantarkan dan membantunya dapat hidup serta berkembang. Tepatnya, setiap pasangan suami-istri hendaknya memahami sarana-sarana apa saja yang membuat pohon-pohon itu tetap segar dan ceria dengan kerindangan yang dimilikinya. Selain itu, ia pun harus mengerti pula sebab-sebab mengapa pohon-pohon cinta itu menjadi kering sehingga ia tidak kehilangan indahnya naungan pohon cinta tersebut.

Terkait usaha membangun rumah tangga di bawah naungan cinta, jauh-jauh hari ajaran Islam telah memberikan petuahnya bahwa untuk menggapai kondisi rumah tangga dalam naungan cinta, hubungan suami-istri tersebut harus dibangun di atas dua fondasi dasar asas membangun rumah tangga.

Pertama, asas rabbani, yaitu asas yang terkait dengan hukum-hukum Allah, perintah dan larangan-Nya. Batas-batas Allah itulah yang harus menjadi fondasi awal bagi suami-istri dalam membangun rumah tangga. Melalui aplikasi perilaku tersebut, tatanan rumah tangga di bawah naungan pohon cinta itu dapat kita raih.

Kedua, asas insani. Dalam Alquran, asas insani ini diungkapkan dengan istilah al-ma`ruf (kebaikan). Terkait dengan ini, Dr. Akram Ridha menyebutnya dengan nilai-nilai keadilan dan ihsan (berbuat kebaikan). Inilah yang merupakan fondasi syariat Islam. Artinya, hubungan suami-istri di dalam kehidupan keluarga dan masyarakat dibangun di atas fondasi “saling memberikan hak”, yang berputar di orbit keadilan (hak-hak hukum) dan orbit ihsan (hak-hak agamis yang menyadarkan pada kekuatan `batin agamis` yang ada di setiap orang).

Oleh karena itu, hak-hak agamis dalam keluarga itu tidak mungkin dibatasi atau diatur, melainkan dengan napas takwa. Kondisi tersebut terlihat seperti dalam ungkapan ajaran Islam dalam Alquran, yaitu “Pergaulilah mereka (suami-istri) dengan baik (ma`ruf); hak bagi mereka itu sama seperti kewajiban mereka, dengan (dasar) kebaikan.”

Jadi, kebaikan (al-ma`ruf) itu merupakan proses di mana orbit nikmat Allah berupa pernikahan berputar. Ia adalah ketenangan (sakan), cinta kasih (mawaddah), dan sayang (rahmah). Untuk itu, langkah memperindah hubungan suami-istri inilah merupakan sebaik-baik ungkapan syukur atas nikmat tersebut dan sebagai jalan terbaik melanggengkan ikatan pernikahan. Semoga!

*) Artikel ini telah dimuat di HU Pikiran Rakayat Bandung, edisi Minggu, 28 Februari 2010.

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!