Seni Meramu Judul Buku Anak
Seni Meramu Judul Buku Anak: Proses Kreatif Dapur Redaksi bersama Imran Laha
Siapa saya? Saya laki-laki berusia 35 tahun. Seorang ayah dari tiga anak, dan seorang suami dari satu istri. Saat ini, saya bekerja sebagai Editor in Chief di Penerbit Zaytuna Ufuk Abadi, Jakarta. Ada beberapa imprint Penerbit Zaytuna Ufuk Abadi, seperti Adibintang (Buku anak), Change Publication (Non Fiksi), Matahari (Fiksi), dan Zahira (Spiritual). Grup ini sebelumnya adalah akar kreatif dari Penerbit Ufuk, yang di dalamnya ada beberapa imprint juga seperti Ufuk Press, Ufuk Fiction, Ufuk Kecil, Sahabat Ufuk, dan Zaytuna. Karena ini kuliah daring, silakan googling untuk mengetahui buku-buku apa saja yang pernah kami terbitkan.
Sebelumnya, saya pernah membangun satu imprint buku anak dari Penerbit Bumi Aksara. Nama imprint tersebut adalah BA Kids. Semula, imprint tersebut bernama Ciluk-BA. Saya juga pernah bekerja sama dengan sebuah percetakan untuk membangun penerbit dengan nama Human Books. Sebelumnya juga, saya pernah bekerja di Majalah Anak DIDIK. Majalah Anak DIDIK satu grup dengan majalah bertiras yang sulit dibayangkan untuk sekarang, yaitu Majalah Hidayah. Terakhir, saya bekerja di situ Majalah Hidayah mempunyai 400.000 pelanggan.
Saya pernah menjadi ghost writter Pak Ary Ginanjar untuk puluhan judul buku anaknya. Menulis beberapa novel anak, picture book, komik biografi, naskah teater, dan beberapa potong puisi. Saya bersama empat ayah lainnya yang tergabung dalam Komunitas PBA (Penulis Bacaan Anak), pernah dimuat di majalah Mother & Baby sebagai ayah-ayah penulis buku anak, tepat di momen hari ayah. Saya juga pernah dimuat sebagai Sosok di Tabloid NAKITA, sebagai Konseptor Buku Anak. Hmm, ada ya, profesi seperti itu?
Perkenalan saya ini adalah bagian dari pembahasan “Seni Judul Buku Anak” oleh saya malam ini. Bagi saya, momentum adalah salah satu trik kami dalam menentukan judul. Oke, sebelum jauh ke sana, saya ceritakan bagaimana pemahaman kami terhadap judul.
Bagi editor, judul adalah alat promosi pertama kali dari banyaknya alat promosi yang lain. Sebisa mungkin judul kami buat agar bisa menarik perhatian orang. Menurut pengalaman saya, judul adalah sesi terlama dalam proses kreatifnya. Tidak hanya di sidang redaksi kami memikirkan dan berdebat menawarkan judul, saat dalam kendaraan, mau mandi, mau makan, mau tidur hingga mimpi pun kadang masih terbawa. Kami sangat serius dalam menentukan judul. Segala sesuatu kami pikirkan untuk menentukan judul. Dari melihat momentum dan mencoba mengaitkan, merangkai kalimat yang bombastis, mencari yang tidak biasa, membuat kalimat langsung dan sederhana agar mudah dimengerti, dan masih banyak lagi. Itu semua untuk apa? Hanya untuk menentukan judul yang bagus.
Saya ceritakan mengapa judul begitu penting bagi kami. Kami banyak menerbitkan buku, tidak semua berhasil secara penjualan. Delapan puluh persen omset kami bergantung pada penjualan di toko buku, yang notabene melawan ribuan judul buku setiap bulannya. Namun, buku-buku yang kami pikirkan secara matang judulnya, mempunyai hasil yang bagus. Contohnya:
- 33 Pesan Nabi: Jaga Mata, Jaga Mulut, Jaga Telinga
- Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang
- Ronaldo vs Messi
- Anak Saleh Kesayangan Ayah Bunda
- Wkwkwk #gulingguling ala One Direction
- Kisah & Bukti Nyata 25 Nabi dan Rasul
- Nabi Muhammad Melakukan Ini
- 1 Hari Bisa Menghafal Juz’amma
- Bisa Rajin Sholat
- Anak Saleh Wajib Punya Ini
- Belajar Akhlak dari Nabi Muhammad
Semua judul di atas paling sedikit terjual 10.000 eksemplar. Ada yang dalam beberapa bulan, bahkan ada yang hanya dalam waktu dua bulan terserap lebih dari 10.000 eksemplar. Mungkin beberapa judul terlihat biasa. Saya ceritakan proses kreatif salah satu buku berjudul Anak Saleh Kesayangan Ayah Bunda.
Buku ini berisi kumpulan kisah yang bertujuan membangun karakter anak. Entah itu kisah-kisah nabi ataupun kisah sehari-hari yang dikarang penulisnya. Banyak buku semacam ini di mana-mana. Bahkan paling banyak untuk jenis buku anak. Kemudian kami berpikir, bagaimana buku ini agar bisa menarik. Menambahkan ilustrasi dalam bukunya, tentu. Membuat sampul dengan ilustrasi menarik, juga pasti. Penerbit lain pun akan melakukan hal yang sama dengan kami untuk buku-buku mereka. Di sinilah proses kreatifnya yang bahkan ke mimpi pun terbawa.
Suatu sore, saya berjalan dan bertemu dengan daerah yang mengadakan bazar. Saya singgah di satu lapak yang menjual kaos anak. Kebetulan saat itu lagi tren kaos anak yang bertuliskan seperti ini; “Cantik Mirip Mama”, “Pintar Mirip Ayah”, “Aku anak Cantik”, “Kata Ayah, Aku Cantik”, dan sebagainya. Kaos itu hanya bermodalkan font (huruf), tidak ada gambar sama sekali. Kalaupun pas pada anak-anak, belum tentu anak-anak suka dengan kaos itu. Membaca saja mungkin belum bisa. Anak-anak akan memilih kaos bergambar superhero atau berbagai princess. Namun, kenapa begitu laris? Ada di mana-mana? Kalau bukan anak yang suka, siapa yang suka?
Kaos itu laris karena orangtua yang suka dan membelikan untuk anak mereka. Kami pun mendalaminya. Itu hanya kalimat, mengapa orangtua begitu suka. Ego orangtua yang kami tangkap adalah orangtua itu penuh harapan untuk anaknya. Kami memutuskan untuk mencoba mengaitkan harapan orangtua untuk judul. Kalau ‘sekadar’ jual kaos saja bisa berhasil, mengapa buku tidak bisa? Akhirnya, kami pun mencobanya meskipun melewati berbagai perdebatan. Dan hasilnya, alhamdulillah berhasil. Buku ini hingga hari ini masih menjual dirinya sendiri.
Memang ada beberapa cara kami menentukan judul, misalnya mengaitkan dengan momentum, memilih ungkapan-ungkapan yang sedang nge-tren, menuliskan kalimat bombastis. Namun, proses untuk judul buku “Anak Saleh Kesayangan Ayah Bunda” menjadi parameter buat kami menentukan judul buku anak. Mengapa ada judul buku, Bisa Rajin Sholat, isinya adalah panduan sholat untuk anak disertai kisah-kisah motivasi untuk melaksanakan sholat. Ada judul Ibu Sayang Kamu yang isinya merupakan kumpulan kisah perjuangan para ibu untuk anak-anaknya. Ada juga judul, Anak Saleh Wajib Punya Ini, isinya adalah rukun iman dan rukun islam yang diejawantahkan secara kisah dan judul-judul buku lain sebagainya. Terasa sangat “koboi” kami menentukan judul, serampangan dari mana saja. Namun, tetap ada standar yang kami pegang.
Ada beberapa aturan dari kami untuk menentukan judul. Misal, jangan menyelesaikan isi buku di judul. Karena ini bukan koran “Lampu Merah” yang menyelesaikan isi berita di judul. Mungkin berhasil untuk koran, tapi tidak berhasil di buku. Jika judul itu kalimat, kami lebih memilih kalimat terang benderang dan langsung.
Q&A
1. Q: “Bagaimana meramu judul dengan baik karena terkadang judul proyek itu lebih kaku dibanding judul buku reguler?”
A: “Kami memang bermain di ranah buku populer, kalau buku tersebut merupakan proyek bersama justru akan lebih mudah karena ada pakem-pakem yang sudah ditentukan.”
2. Q: “Apakah penerbit Bapak yang sekarang, bekerja sama dengan toko Gramedia di seluruh Indonesia?”
A: “Ya dengan sekitar 113 outlet di seluruh Indonesia.”
3. Q: Apakah judul harus memiliki unsur logis atau tidak? Dulu, saya pernah kirim naskah saya dengan judul Ngobrol Inggris Ngga Pake Galau. Buku tersebut membahas 150 kesalahan tata bahasa Inggris yang sering dilakukan pemula. Namun, judul tersebut diganti jadi 2 Hari Kuasai Inggris Tanpa Mikir.
A: “Ya, lebih baik diganti karena judul yang kedua lebih ‘menjual’. Sebetulnya, logis dan tidak adalah permainan sintaksis. Misalnya kami ada judul, 1 Hari Bisa Menghafal Juz’Amma, apakah ada yang bisa menghafal Juz’Amma dalam sehari? Tapi judul itu bukan bicara hasil, kami menggunakan kata menghafal bukan hafal. Artinya, proses menghafal. Ya, bisa dong, kalau seharian kerjanya menghafal Juz’Amma.”
4. Q: “Bagaimana supaya cepat dapat judul yang bagus?”
A: “Banyak-banyaklah bergaul dengan orang kreatif karena biasanya di antara percakapan Anda akan terselip hal-hal yang bombastis.”
5. Q: “Saya pernah menemukan film pendek buatan BBC berjudul Room on the Broom yang ternyata diadaptasi dari buku bacaan anak dengan judul yang sama. Uniknya, kalimat dalam buku ini semuanya berima. Apakah kira-kira buku seperti ini kalau kita buat di sini akan laku?”
A: “Judul berima itu cocok untuk buku anak. Dan masalah lakunya, sulit diukur dengan hanya rima saja. Saya juga lebih suka judul berima. Ada komik kami judulnya, Hikmah Membawa Berkah.”
6. Q: “Lebih banyak mana, penjualan buku anak perempuan atau laki-laki? Atau unisex? Dan, perbandingannya berapa? Mohon dijelaskan.”
A: “Lebih banyak buku anak perempuan, dan perbandingannya bisa dua kali lipat.”
7. Q: “Apa proses dibalik pembuatan judul Cantiknya Akhlak Khadijah?”
A: “Cantiknya Akhlak Khadijah, sama dengan yang lain, kami ingin orangtua dan anak-anaknya suka dengan buku ini. Judul buku ini sudah lebih dulu ada ketimbang naskahnya. Faktor kedua yang membuat buku ini dicetak ulang berkali-kali adalah strategi marketing yang tepat.”
(Brought to you by admin Aisyah)