Uncategorized

Free Writing

oleh Hernowo Hasim“Free writing” atau menulis bebas adalah sebuah model untuk BERLATIH menulis. Latihan menulis bebas ini menjadikan diri saya lebih mudah untuk mengalirkan pikiran.

Sedikitnya ada 5 MANFAAT yang saya rasakan setelah saya berhasil membiasakan BERLATIH menulis bebas dalam jangka waktu lama:
Pertama, saya jadi lebih mudah dalam MEMULAI menulis.
Kedua, saya dapat TERBEBAS dari tekanan, ancaman, kebingungan, kegalauan, dan ketidakpercayaan diri ketika memulai menulis.
Ketiga, saya dapat mengatasi WRITER’S BLOCK dengan cepat dan sangat mudah.
Keempat, saya juga kemudian dapat MEMBUANG berbagai emosi negatif (kekesalan, kekecewaan, dan semacamnya) lewat menulis bebas.
Kelima, menulis bebas membantu saya untuk menemukan ide (gagasan) dan merumuskan ide secara sangat cepat.
Hingga kini, hampir setiap hari, dengan menyetel alarm—kadang 5 atau 10 atau 15 menit—saya tetap terus BERLATIH menulis dengan menulis bebas.
Bagaimana cara saya berlatih menulis bebas?
Menulis bebas adalah menulis dengan memanfaatkan potensi otak kanan.
Seperti terlihat dalam gambar: kita memiliki otak kiri (otak yang berpikir secara tertib dan tertata) dan otak kanan (otak yang berpikir secara bebas dan acak).
Adalah Roger Wolcott Sperry yang menemukan fungsi otak kanan.
Roger Wolcott Sperry (1913-1994) adalah neuropsikolog dan neurobiolog. Meraih Nobel bersama David Hunter Hubel dan Torsten Nils Wiesel pada 1981 di bidang fisiologi dan kedokteran.
Temuan penting Sperry tersebut kemudian dimanfaatkan oleh Tony Buzan untuk keperluan mengingat secara efektif. Buzan menamakan teknik mengingatnya itu sebagai teknik “pemetaan pikiran” (mind map). Michael J. Gelb, Joyce Wycoff, dan Gabriele Lusser Rico kemudian memodifikasi temuan Buzan untuk keperluan menulis—tepatnya pra-menulis (merujuk ke Mas Bambang Trim: “pre-writing & drafting”), yaitu untuk membuka dan mengalirkan “pikiran orisinal”.
Nah, menulis bebas yang saya ingin tunjukkan di sini adalah menulis bebas menurut gagasan Gelb, Wycoff, dan Rico. Gagasan ketiga orang ini kemudian saya padukan dengan gagasan Dr. James W. Pennebaker, seorang psikolog yang meneliti kegiatan menulis untuk menyembuhkan trauma. Kemudian paduan gagasan keempat orang tersebut saya padukan lagi dengan gagasan Peter Elbow dan Natalie Goldberg.
Dr. Pennebaker mengajarkan kepada saya teknik menulis untuk “membuang”. Membuang apa? Membuang kotoran pikiran atau emosi negatif. Teknik menulis untuk “membuang” ini prinsipnya hampir sama dengan teknik menulis bebas (“free writing”).
Bedanya, yang pertama untuk keperluan penyembuhan (terapi) atau pengubahan emosi negatif menjadi emosi positif. Yang kedua untuk mengatasi ketegangan, kegugupan, dan ketidakpercayaan diri ketika seseorang ingin MEMULAI menulis.
Elbow dan Goldberg adalah instruktur menulis bebas dari Amerika Serikat. Bukunya yang saya rujuk adalah Writing without Teachers (Elbow) dan Writing Down the Bones (Goldberg).
Kedua tokoh ini juga bisa disebut praktisi menulis bebas. Elbow lebih menyasar ke kalangan akademisi, Goldberg menyasar ke kalangan umum. Saya akan kutipkan dahulu langkah-langkah menulis bebas menurut Elbow dan Goldberg.
‘”Menulis bebas’ ini sederhana, semacam disiplin kecil untuk tiap hari menulis tanpa henti selama 10 menit. Bukan untuk menghasilkan tulisan bagus tetapi sekadar menulis tanpa prosedur sensor dan sunting. ‘Tak perlu melihat ke belakang (lagi), tak ragu melanggar sesuatu, tak peduli bagaimana ejaan atau bahkan memikirkan apa yang tengah kamu kerjakan’. Satu-satunya aturan: Jangan berhenti menulis!”
Itu saya cuplik dari pengantar yang ditulis RADHAR PANCA DAHANA, untuk terjemahan buku Peter Elbow, Merdeka dalam Menulis! (iPublishing, Jakarta, 2007). Judul pengantar Radhar: “Metabolisme Tulisan”
“Metode free writing yang ditawarkan Goldberg mudah saja. Sisihkan waktu khusus untuk menulis setiap hari selama sepuluh menit. Berkomitmen lah selama sepuluh menit hanya untuk menulis, terus menggerakan dan tangan, menumpahkan segala yang ada di dalam pikiran dan perasaan Anda, langsung dari nadi Anda. Jangan berhenti, teruslah menulis. Jangan mencoret-coret, jangan melamun. Menulislah hingga Anda habis!”
Itu saya cuplik dari pengantar YULIANI LIPUTO untuk buku terjemahan Natalie Goldberg, Alirkan Jati Dirimu (Penerbit MLC, 2005)
Langkah-langkah praktis BERLATIH mmenulis dengan menulis bebas ala Goldberg adalah sebagai berikut:
(1) sisihkan waktu setiap hari selama 5, 10, atau 15 menit.
(2) siapkan kertas dan pena atau nyalakan gawai atau laptop.
(3) setel alarm selama 5, 10, atau 15 menit.
(3) mulailah menulis—dalam maknanya memang HANYA mengetik atau mencoret-coret sembarangan.
(4) jangan berhenti mengetik atau mencoret-coret sebelum alarm berbunyi (keep your hand moving),
(5) jangan membaca yang sudah ditulis atau—BAHKAN—kalau bisa: Jangan berpikir! Mengetik sajalah.
Selamat berlatih menulis bebas untuk memudahkan proses mengalirkan pemikiran dan gagasan Anda. Juga selamat menulis TANPA ketegangan, kegalauan, dan kegugupan, serta selamat menulis dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi.
Q&A:
1. Q: Haruskah kita memikirkan topik atau judul ketika kita menulis bebas ( free writing)
A: Tidak boleh! Free writing ada latihan fisiknya. Hanya mengetik, bukan menulis lho.
2. Q: Adakah waktu yang paling pas/tepat untuk seseorang menulis bebas. Bagaimana cara menemukan waktu itu…?
A: Pak Herman, perlu dicoba dan dicocokkan dengan keadaan diri.
3. Q: Setelah selesai menulis bebas selama 10-15 menit, lalu apakah selanjutnya dibiarkan atau direvisi?
A: Awalnya dibuang! Yang penting, merasakan dan mengevaluasi prosesnya. Apakah nyaman atau tegang.
4. Q: Maksudnya “latiha fisik” tuh seperti apa ya pak?
A: Hbgdxgj vfdwjjb—> ini contohnya.
Jadi tanpa mikir dan tanpa makna. Keep your hand moving!
5. Q: Dalam menulis bebas dan mungkin tulisan itu menjadi sebuah ide karya tulisan fiksi. Boleh tidak kita menyampaikan angan-angan atau imajinasi yang sedikit bertentangan dengan norma-norma adat atau agama?
A: Ini hanya untuk latihan menulis sembarangan… Untuk mendapatkan kondisi nyaman ketika menulis.
6. Q: Terima kasih sekali Pak Her… Uraiannya sangat komprehensif. Sekadar sharing: saya mempraktikkan free writing untuk diri sendiri maupun sebagai pengisi sesi praktik pelatihan menulis.Hasilnya luar biasa. Semua peserta bisa menulis minimal 1-2 lembar dalam tempo 10 menit.Freewriting meski menulis bebas namun bukan menulis ngawur. Perlu ada topik, ada perenungan (5 menit) dan lebih baik ada penggalian ide dengan interview – ini optional (5 menit). Setelah itu ngebut menuliskan ide itu dalam tempo 10 menit.
A: Bebas kan diri Anda dari beban menemukan ide, menentukan topik, dan menulis sesuai tata bahasa. Baru kalau sudah terbiasa mengetik—bukan menulis—secara nyaman, silakan berpikir.
7. Q: Dalam pelajaran kesenian teater, seni rupa dll, juga ada latihan bebas begitu.
Biasanya disebut improvisasi. Dalam seni rupa ya asal buat garis. Ada garis lengkung, horisontal, fertikal, zizag dsb. Dsb dsb.
Mungkin betul begitu ya?
A: Benar,meski ada yang mengatakan bahwa otak kanan (yang bebas dan tidak tertib) itu mitos, kenyataannya kita kadang suka melakukan hal-hal yang “keluar dari yang biasa atau standar”. Rapi, tertib, ikut peraturan itu bagus tapi kadang membatasi dan membosankan.
“Kreativitas adalah sinergi otak kiri dan otak kanan.” Joyce Wycoff

Saya berpendapat, ide cemerlang akan hadir jika kita merasa senang dan nyaman ketika sedang menulis. JK Rowling juga pernah menyampaikan, “Buatlah dirimu dalam keadaan senang ketika menulis. Niscaya tulisanmu akan membuat senang pembacamu.”

(Brought to you by admin Aisyah)

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!