Waspadai Pengaruh Toksisitas Logam Pada Ikan
PENCEMARAN akibat logam berat, akhir-akhir ini sedang “menggema” ke permukaan. Setelah kasus Teluk Minahasa, Sulawesi Utara, di daerah aliran sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat juga mengalami pencemaran. Air dan ikan di Waduk Cirata dan Saguling diindikasikan mengandung logam berat.
Oleh: Arda Dinata
Menurut Eman Surachman, Kepala Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) PT Pembangkitan Jawa-Bali, bahwa pencemaran tersebut diduga berasal dari limbah pabrik industri tekstil di Majalaya dan Bandung. Lebih jauh diungkapkan Eman, berdasarkan penelitian BPWC, ikan yang terdapat di Waduk Cirata telah terkontaminasi oleh unsur logam berat seperti timbal (Pb), seng (Zn), kronium (Cr), dan air raksa/merkuri (Hg).
Menghadapi kenyataan seperti itu, kita jadi khawatir terhadap kondisi ikan yang (mungkin) biasa kita santap sehari-hari. Apakah kondisi ikan-ikan yang biasa disantap itu telah terbebas dari toksisitas (racun) logam? Lantas, sebenarnya faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi daya toksisitas logam itu?
Pengaruh Pada Ikan
Ikan merupakan organisme air yang dapat bergerak dengan cepat. Ikan pada umumnya mempunyai kemampuan menghindarkan diri dari pengaruh pencemaran air. Namun demikian, pada ikan yang hidup dalam habitat yang terbatas (seperti sungai, danau dan teluk), ikan itu sulit melarikan diri dari pengaruh pencemaran tersebut. Akibatnya, unsur-unsur pencemaran itu (baca: logam berat) masuk ke dalam tubuh ikan.
Terkait dengan itu, secara umum menurut Darmono (2001), alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernafasan, pencernaan, dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan, logam diabsorpsi oleh darah, berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal).
Berikut ini, ada beberapa pengaruh toksisitas logam pada ikan. Pertama, pengaruh toksisitas logam pada insang. Insang selain sebagai alat pernapasan ikan, juga digunakan sebagai alat pengatur tekanan antara air dan dalam tubuh ikan (osmoregulasi). Oleh sebab itu, insang merupakan organ yang penting pada ikan, di samping insang sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam. Dalam hal ini, logam-logam seperti Cd, Pb, Hg, Cu, Zn, dan Ni, sangat reaktif terhadap ligan sulfur dan nitrogen, sehingga ikatan logam tersebut sangat penting bagi fungsi normal metaloenzim dan juga metabolisme terhadap sel.
Di sini, enzim yang sangat berperan dalam insang ikan ialah enzim karbonik anhidrase dan transpor ATP ase. Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengandung Zn dan berfungsi menghidrolisis CO2 menjadi asam karbonat. Apabila ikatan Zn itu diganti dengan logam lain, fungsi enzim karbonik anhidrase tersebut akan menurun.
Di samping adanya gangguan biokimiawi tersebut, perubahan struktur morfologi insang juga terjadi. Hal ini dilaporkan Hughes, dkk. (1979) bahwa pengaruh toksisitas Cd, Ni, dan Cr pada morfologi insang ikan salmon. Ikan akan mengalami hipoksia (karena kesulitan mengambil oksigen dari air), sehingga terjadi penebalan pada sel epitel insang dan berakibat ikan kurang mampu berenang.
Kedua, pengaruh toksisitas logam pada alat pencernaan. Toksisitas logam dalam saluran pencernaan terjadi melalui pakan yang terkontaminasi oleh logam. Toksisitas logam pada saluran pencernaan juga dapat terjadi melalui air yang mengandung dosis toksik logam. Gardner dan Yevich (1970) melaporkan bahwa ikan Fundulus heteroclitus yang dipelihara dalam air yang mengandung 50 mg/l Cd, perubahan patologi terjadi setelah satu jam. Dan dalam waktu satu jam setelah ikan hidup dalam air yang mengandung 50 mg/l Cd dengan kadar garam 32 per seribu, mukosa usus membengkak, aktivitas sel mukosa meningkat terutama usus bagian depan.
Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!