Inspirasi

Zakat Dalam Mengatasi Kemiskinan

Pokoknya, bekerja adalah senjata utama untuk memerangi kemiskinan, modal pokok dalam mencapai kekayaan dan faktor dominan dalam menciptakan kemakmuran dunia. Ini berarti seorang muslim harus memiliki ilmu dan keterampilan agar dia bisa bekerja dan membuka lapangan pekerjaan serta menumbuhkan pada dirinya semangat untuk bekerja.

Kedua, mencukupi keluarga yang lemah. Pada dasarnya mengatasi kemiskinan adalah dengan bekerja dan berusaha. Tapi pada masyarakat kita begitu banyak orang yang tidak bisa bekerja, bukan karena mereka malas bekerja dan berusaha, tapi karena mereka adalah orang-orang yang lebih yang kebutuhannya harus dipenuhi oleh anggota keluarganya yang lain dan masyarakat muslim. Mereka itu adalah janda yang ditinggal mati suaminya tanpa ditinggalkan harta yang cukup, anak-anak kecil yang yatim sehingga mereka belum bisa mandiri, orang-orang yang sudah lanjut usia, orang yang berpenyakit menahun, orang yang cacat dan sebagainya.

Ketiga, zakat. Zakat merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh kaum muslimin. Kewajiban zakat sama kedudukannya dengan kewajiban shalat, karenanya dalam banyak ayat dan hadits perintah shalat dirangkai dengan perintah zakat yang berarti seorang muslim tidak sempurna keislamannya tanpa menunaikan keduanya.

Keempat, dana bantuan perbendaharaan Islam. Qardhawi menjelaskan bahwa mengatasi kemiskinan juga bisa dengan dana bantuan Islam yang berasal dari berbagai sumber yang diperoleh baitul maal. Karena itu kekayaan-kekayaan umum pada suatu negara harus diarahkan untuk mengatasi kemiskinan dan karenanya dia tidak boleh dikuasi oleh satu atau sekelompok orang untuk kepentingan mereka. Oleh karena itu, negara dan lembaga-lembaga Islam harus mengupayakan dapat mengatasi kemiskinan dengan berbagai cara dengan memanfaatkan potensi harta negara yang ada.

Kelima, keharusan memenuhi hak selain zakat. Disamping zakat, masih ada pengeluaran seorang muslim yang harus dilakukan dalam upaya mengatasi kemiskinan dalam kaitannya dengan hubungan tertentu dengan sesama muslim. Misalnya: kewajiban membantu tentangga miskin; ibadah qurban pada hari raya Idul Adha yang dagingnya dibagikan kepada mereka yang miskin; mengeluarkan kafarat, fidyah, dan melakukan al hadyu (berqurban karena pelanggaran dalam ibadah haji).

Keenam, shadaqah suka rela dan kebajikan individu. Selain kewajiban-kewajiban dalam kaitan harta yang harus ditunaikan oleh seorang muslim, untuk mengatasi kemiskinan, Islam juga memberikan rangsangan kepada kaum muslimin untuk memiliki akhlak yang agung yang dalam hal dermawan dan murah hati. Di antara bentuk-bentuknya adalah waqaf dan hibah terhadap harta yang dimilikinya seperti kendaraan, tanah, rumah dan sebagainya.

Atasi kemiskinan

Dari berbagai kegiatan bergerak dalam kebaikan mengatasi kemiskinan seperti digambarkan di atas, tentu sedikit banyak hal itu akan berdampak pada penurunan jumlah angka kemiskinan yang ada di negeri ini. Untuk itu, mari mulai sekarang setiap komponen bangsa bergerak menggelorakan kebaikan dan kebenaran.

Terkait dengan presfektif mengatasi kemiskinan di Indonesia, apa yang diungkapkan Irfan Syauqi Beik, mahasiswa S2 jurusan Ekonomi Islam, International Islamic University Islamabad, Pakistan, tentu juga sangat relevan untuk diterapkan. Adapun langkahnya, antara lain berupa:  Pertama, membangun sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Ini adalah prasyarat utama di dalam melakukan upaya perbaikan ekonomi. Kedua, membangun institusi zakat, infak, dan shadaqah yang kuat, amanah, dan profesional. Ketiga, membangun sistem perekonomian yang bebas bunga. Institusi-institusi ekonomi seperti perbankan, asuransi, koperasi, pegadaian, dll., haruslah bebas dari perhitungan unsur bunga.

Keempat, memberi masyarakat kesempatan untuk mengakses secara langsung pada pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam, dan mencegah praktek-praktek monopoli dan diskriminasi yang merugikan. Kelima, dalam upaya mengentaskan kemiskinan, pemerintah harus memberikan garansi sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jaminan sosial ini diberikan terutama kepada kelompok masyarakat yang kurang mampu. Keenam, pemerintah harus berani mengambil jarak dengan berbagai kekuatan donasi internasional, terutama IMF, dan menolak segala intervensi yang dilakukan.

Akhirnya, dengan memahami makna dan symbol ibadah haji kita tentu dituntut untuk mampu mengatasi problema kemiskinan. Di sini, kuncinya ada pada kemauan dari setiap anak bangsa untuk selalu berusaha bergerak mengatasi segala hal yang menyebabkan terjadinya kemiskinan itu sendiri. Sementara bagi pemerintah, kiranya bisa mencontoh keberhasilan khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam mengentaskan kemiskinan, yaitu berupa kemampuannya didalam mengelola dan memanfaatkan dana zakat untuk masyarakat. Jadi, sebenarnya apa yang kurang dari potensi umat yang besar ini dalam mengatasi kemiskinan? Wallahu’alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!