Dengan demikian, pemimpin yang diharapkan rakyat tidak lain ialah mereka yang memiliki ketakwaan, yang diwujudkan dalam perilaku kesehariannya. Ia juga, harus mampu menggalang kesatuan dan persatuan berdasarkan prinsip bersatu dalam kebaikan dan takwa; sangat membenci kerjasama yang berisi dan mendatangkan perbuatan dosa serta permusuhan (QS. Al-Maidah: 2).
Andakah sosok yang memenuhi kualifikasi pemimpin seperti itu? Pemimpin yang berhak memimpin itu, bukan orang ambisius mengharapkan jabatan tersebut. Tapi, ia sosok dambaan rakyat yang tidak mencita-citakannya secara ‘membabi buta’ dan tidak serakah padanya.
Diriwayatkan oleh Abu Bakar, bahwa ia bertanya kepada Rasulullah tentang pengangkatan untuk kedudukan amanah. Beliau menjawab, “Jabatan itu hanyalah bagi orang yang tidak mencita-citakannya dan tidak serakah padanya; bagi orang-orang yang menghindarinya dan tidak bagi orang yang bersusah payah mengejarnya; bagi orang-orang yang ditawari (tanpa mereka minta) dan tidak bagi orang yang menuntutnya sebagai hak.”
Akhirnya, adanya karakter ketakwaan, baik perorangan maupun kolektif tentu akan menjadi unsur penting dalam mewujudkan masyarakat adil makmur aman sejahtera. Seperti Allah janjikan dalam QS. Al-A’raf: 96, bahwa Allah janjikan kepada penduduk negeri yang beriman dan bertakwa, maka kepadanya akan dibukakan berkah dari langit dan bumi. Semoga hal ini, menyelimuti penduduk Indonesia. Aamiin..!
Purwakarta, 23 Juli 2015
Salam sukses berkah selalu…..!
Arda Dinata
https://ardadinata.com/
Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, www.MiqraIndonesia.com