Berternak (Atasi) Jentik Nyamuk
Keistimewaan lain dari ikan nila dan mujair adalah memiliki tingkat pertumbuhan dan fekunditas (tingkat kesuburan untuk menghasilkan sejumlah telur) lebih tinggi, memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, memungkinkan lebih toleran terhadap kisaran nilai salinitas (kadar garam) air yang tinggi, lebih tahan terhadap serangan penyakit, memiliki risiko kematian sangat kecil, belum terjangkit virus, dan harganya relatif terjangkau.
Ikan nila telah dipakai sebagai agen pengendalian jentik nyamuk vektor malaria di Cina, Somalia, dan Ethopia. Ternyata ikan tersebut dapat menurunkan populasi nyamuk terutama vektor malaria yang mempunyai tempat perindukan yang terbatas seperti kolam ikan dan reservoir air. Di daerah pantai Guangxi yang ada di Cina, terutama pada daerah perkampungan nelayan itu, penanggulangan nyamuk dengan menggunakan ikan pemakan jentik berhasil dengan baik, sebab rata-rata yang dijadikan tempat perindukan nyamuk adalah berupa penampungan air rumah tangga.
Sementara itu, di Somalia jenis ikan nila ini digunakan secara nasional untuk pengendalian nyamuk malaria di tempat perindukan. Sedangkan masyarakat Ethiopia memiliki kebiasaan memasukkan ikan di dalam tempat penampungan air yang disebut dengan brika, sehingga berdampak pada tidak ditemukan jentik nyamuk dan larva hewan lainnya (Sudomo, dkk; 1998).
Untuk konteks Indonesia sendiri, telah dilakukan penelitian di Sihepang Tapanuli Selatan dan Desa Sukaresik Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat, hasilnya membuktikan bahwa ikan nila dan mujair dapat menurunkan populasi larva Anopheles. Hal ini disebabkan karena media biaknya telah dikonsumsi ikan, tidak adanya jasad renik dan tanaman air akan menghalangi kehadiran jentik nyamuk. Dari sini, tentu akan berdampak positif terhadap semakin kecilnya kemungkinan terjadi kontak gigitan nyamuk dewasa dengan manusia, sehingga diharapkan dapat menekan kejadian penularan malaria.
Lebih jauh, manfaat ikan (nila dan mujair) ini, selain sebagai pengendali hayati terhadap jentik nyamuk, juga melalui budidaya ikan ini dapat meningkatkan pendapatan pengelola tambak. Sebab, usaha budidaya ikan ini jelas-jelas mempunyai nilai ekonomi. Misalnya, memberikan tambahan penghasilan bagi penduduk setempat dalam menggunakan pakan, apalagi ikan ini bersifat omnivora (pemakan hewan dan tumbuhan), dan mempunyai kemampuan memakan yang cukup tinggi. Sehingga tidak aneh dikalangan para peternak ikan ada ungkapan, “Sekali dikembangkan pada tempat yang cocok, populasinya akan berkembang sendiri secara terus menerus, biaya pemeliharaan relatif murah, tidak mencemari lingkungan, dan dapat dibudidayakan pada rawa-rawa yang memiliki banyak tanaman air.”
Jadi, melalui pemanfaatan tempat perindukan nyamuk sebagai lahan berternak ikan (nila dan mujair), maka dampaknya ikan menjadi kenyang, sementara jentik nyamuk hilang, sehingga nyamuk dewasanya menjadi berkurang kepadatannya dan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk pun jadi berkurang. Semoga!***
Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.