InspirasiOpini

Hikmah Puasa Sebagai Terapi Menuju Sehat

Atas dasar itulah, mungkin yang menjadi alasan, mengapa kita disunahkan untuk cepat makan makanan yang manis-manis pada saat buka puasa. Inilah salah satu indikasi kesempurnaan puasa kita. Selengkapnya dalam bahasa DR.dr.H.Wahjoetomo, ada empat indikasi kesempurnaan puasa menurut Islam, yaitu: menyegerakan berbuka; tidak berlebihan dalam berbuka; mengakhirkan saat bersantap sahur; dan meninggalkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan.

Secara demikian, aktivitas puasa yang sesuai dengan aturan Islam, sungguh benar-benar dapat menjadi terapi terbaik untuk mencapai derajat kesehatan tubuh seseorang yang melakukannya. Artinya, kategori derajat puasa seseorang sangat menentukan manfaatnya bagi orang itu sendiri. Sehingga tidak mustahil, jika ada puasa yang berakhir hanya pada rasa lapar dan haus semata, tanpa nilai tambah yang meningkatkan ruhiah dan jasmaniah. Lantas, bagaimana korelasi nilai tambah tersebut dengan derajat puasa seseorang?

Saat ini, aktivitas puasa telah diterima dan diakui sebagai bentuk terapi paling tua yang dikenal dalam sejarah peradaban manusia. Namun demikian, masih saja terdapat kesalahpahaman tentang puasa didalam pandangan masyarakat yang harus diluruskan. Yakni puasa bukanlah obat untuk penyakit dan kelainan. Tapi, puasa itu adalah untuk memberikan kesempatan dan keleluasaan bagi tubuh melakukan penyembuhan diri, perbaikan diri, dan peremajaan diri sebaik mungkin.

Kita tahu bahwa penyembuhan merupakan fungsi internal dari sistem biologis kita. Dalam hal ini, Paul C. Bragg, ND.,Ph.D., mengungkapkan kalau puasa itu menjadikan tubuh kita beristirahat secara psikologis dan menyebabkan tubuh kita efektif seratus persen dalam proses penyembuhan. Berpuasa dengan cara dan teknik yang tepat bisa jadi merupakan cara memulihkan kesehatan yang paling cepat dan paling aman, yang pernah dilakukan manusia.
Paul C.Bragg ini hampir selama hidupnya, meneliti puasa dari segi sains, telah mengawasi dan memeriksa ribuan orang yang berpuasa. Ia memperoleh hasil yang menakjubkan bahwa tubuh dapat bekerja sendiri dalam periode tanpa makanan sama sekali. Aktivitas puasa memberikan waktu istirahat dan pemulihan diri bagi sel-sel organ internal tubuh yang selama ini telah bekerja keras dan berlebihan.

Lebih dari itu, puasa ini dapat memicu kekuatan dan vitalitas di dalam tubuh untuk membersihkan endapan-endapan racun yang tersimpan dalam tubuh kita bertahun-tahun. Karena puasa mengembangkan tenaga vital kita kepada tingkat efesiensi yang paling tinggi, maka puasa juga dapat mendorong penghancuran tumpukan zat-zat kimia dan pencemar tubuh lainnya, yang tak bisa dibersihkan dari tubuh kita.

Jelasnya, dengan aktivitas puasa, kita mempertajam dan mengasah mental kita. Puasa meningkatkan organ pencernaan, organ pengasimilasian, dan organ penghancur makanan kita, yang kita ketahui sebagai laboratorium kimia dari tubuh manusia, dan termasuk yang banyak diforsir, maka selama puasa ia akan mendapatkan kesempatan untuk mengumpulkan tenaga dan memulihkan dirinya. Akhirnya, setelah aktivitas puasa menjadikan kerja hati kita akan jauh lebih efesien. Inilah jiwa yang suci sebagai pendorong prestatif seseorang.

Di sini, terlihat sungguh luar biasa rahasia ilmu Allah SWT dibalik aktivitas puasa ini. Untuk itu, tidak tanggung-tanggung puncak yang dijanjikan-Nya pun adalah mencapai derajat takwa bagi yang melakukan puasa secara benar sesuai aturan dalam Islam (baca: berpuasa seperti Rasulullah). Sedangkan secara biologis, berarti seluruh alat sensor yang dimiliki manusia akan mengalami peningkatan dan bekerja pada tingkat efesiensi yang lebih tinggi selama dan sesudah waktu berpuasa.

Jadi, tak ada satu pun proses terapi yang dapat memenuhi kebutuhan perbaikan akan kesehatan yang prima selain dengan aktivitas berpuasa –lebih-lebih puasa di bulan Ramadan yang diisi amalan-amalan prestatif–. Pantas saja, Rasulullah Saw bersabda, “Berpuasalah, niscaya kamu sehat.”

Akhirnya, semoga kita dapat mengisi dan menjalankan ibadah di bulan Ramadan ini dengan amalan-amalan yang prestatif agar dapat berfungsi sebagai lahan penyuci jiwa dan menuju kondisi kesehatan tubuh yang paripurna. Amin. Wallahu’alam.***

Penulis adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran & Realitas Alam [MIQRA] Indonesia, kini sedang belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!