Kebahagiaan Atau Kesenangan? (2)
Rahasia kebahagiaan
Untuk menggapai kebahagiaan, pasangan suami istri harus memperhatikan pilar-pilar dalam pernikahan, diantaranya: pandai memilih pasangan berdasarkan kualitas agama, akhlak terpuji dan keturunan yang baik. Kemudian pilar tersebut harus diperkokoh dengan interaksi positif suami istri, kerja keras dan saling memahami sifat-sifat dari pasangannya.
Di sini, pada hakekatnya orang yang berbahagia itu adalah orang yang mampu berdamai dengan dirinya, orang lain, dan Allah SWT. Dalam hal ini, menurut Arvan Pradiansyah, penulis buku Life is Beautiful, ada 7 makanan bergizi yang jika kita konsumsi dapat menciptakan kebahagiaan. Beliau menyebutnya dengan 7 Laws of Happiness (tujuh rahasia hidup yang bahagia), yaitu: sabar, syukur, sederhana, kasih, memberi, memaafkan, dan tawakkal.
Bila kita renungkan dari ketujuh hal itu, tentu betul adanya dalam menciptakan kebahagiaan rumah tangga. Adanya sifat sabar merupakan kunci dan menjadi sumber dari segala sumber kebahagiaan dalam rumah tangga. Sabar kala susah itu penting. Tapi, sabar dikala senang jauh lebih penting. Sabar itu tidak lain ialah kemampuan untuk menunda respons dalam diri kita.
Bersyukur sendiri diartikan sebagai menerima apa pun yang kita dapatkan dengan senang hati. Bagi rumah tangga yang bisa bersyukur terhadap hal-hal yang telah dimilikinya, niscaya keluarganya akan mendapatkan kenikmatan dan berkah yang tak ternilai harganya.
Sifat lainnya ialah sederhana. Perilaku sederhana ini patut kita tanamakan dalam membangun rumah tangga. Sebab, kita sering kali menghadapi masalah yang rumit dan kompleks karena kita terlalu masuk ke hal-hal yang teknis dan terperinci. Padahal rahasia kesederhanaan akan selalu mengingatkan kita akan esensi sebuah masalah dan tujuan besar yang ingin dicapai.
Untuk dapat menggapai bahagia, kita juga harus berperilaku kasih sayang. Nabi saw. pernah mengungkapkan dalam sabdanya, “Belumlah kita dapat dikatakan beriman sebelum kita mencintai orang lain sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri.” Adapun aplikasi orang-orang yang mengasihi itu akan mewujudkannya dalam bentuk tindakan memberi. Orang yang memberi dengan dasar kasih adalah orang ikhlas. Puncaknya, memberi itu akan menghasilkan energi mencerahkan, menimbulkan rasa puas dan bahagia.
Selain itu, dalam membangun keluarga pun kita harus saling memaafkan. Menyembuhkan kenangan bukanlah dengan menghapus ingatan. Justru, memaafkan itu sebagai cara baru untuk mengenang. Sehingga kita mengubah kenangan lama menjadi harapan di masa depan.
Akhirnya, setelah berperilaku sabar, syukur, sederhana, kasih, memberi dan memaafkan, maka langkah terakhir kita harus tawakkal kepada Allah SWT. Sebab, tanpa tawakkal maka belum tentu perilaku kita itu akan menghasilkan kebahagiaan rumah tangga yang abadi.
(Arda Dinata, pengasuh Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/MIQRA Indonesia).***