Malam Mencerahkan dalam Kesunyian
“Malam tenang dalam sapanya. Mencerahkan dalam kesunyian yang menentramkan hati. Membuka realitas hati dalam kesunyian diri. Mendokan keberkahan rahmat syukur yang tergusur dengan keserakahan akal budi. Aku diam menikmati malam dengan bacaan yang mendewasakan dan mencerahkan. Aku bersama malam yang berbintang dalam hati kesunyian.” ~Arda Dinata~
Aroma malam begitu terasa, seperti aroma rembulan yang tersenyum bercahaya. Aku pun asik terpesona dengan aroma malam yang begitu mempesona.
Kehadiran malam begitu setianya menebarkan kedamaian, keramaian, kegelisahan, dan nuansa hati lainnya. Semua nuansa itu dapat tersaji dengan iramanya masing-masing. Dan malam pun menerima tawaran nuansa tersebut tanpa diskriminasi sedikitpun. Justru, tingkah polah perilaku manusialah yang menciptakan nuansa tertentu bersama kehadiran malam.
Artinya, malam bisa ditafakuri untuk kebaikan atau kemungkaran itu sangat tergantung dengan sikap manusianya. Kondisi seperti inilah, harusnya kita menyadari akan ujian akan waktu yang diberikan Sang Pemilik Waktu kepada manusia.
Diri manusialah yang menjadi penentu kejujuran, kebenaran, kemungkaran, dan perilaku lainnya bersama malam-malam yang tersaji. Inilah ujian bahasa tingkah laku manusia yang sesungguhnya. Padahal, malam itu memiliki kesunyian yang begitu mencerahkan.
Akhirnya, semoga pembaca setia catatan harian saya ini dapat bermesraan bersama malam-malam dalam nuansa yang mencerahkan dan memberdayakan diri kita masing-masing. Semoga sukses bersama kesunyian malam yang mencerahkan. Aamiin….!
Pangandaran, 13062015
~Arda Dinata~