Belajar MenulisCatatan Harian

Buku, Sikap Pembaca dan Menulis

“Buku itu setia dalam kolom ilmu. Bahasanya bisa mencerahkan pembaca. Isinya bisa menggerakkan dan memberdayakan pembacanya. Dialah benda mati yang punya nyawa bagi yang membacanya. Sikap kita para pembacalah yang bisa mengambil nyawa dari sebuah buku. Maka menulislah agar nyawa itu terus mengalir kepada yang lain.” ~Arda Dinata~

Bagi saya, sebuah buku itu seharusnya berisi bongkahan harta karun berupa informasi yang bisa mencerahkan bagi pembacanya. Artinya, buku yang baik itu akan menggerakkan pembacanya menuju permberdayaan dan peningkatan kualitas dirinya.

Pada tataran ini, saya menangkap ada dua kata kunci agar sebuah buku itu bermanfaat dan memberdayakan manusia. Baik bagi penulisnya sendiri dan siapa pun yang membacanya.

Pertama, bagi para penulis buku, hendaknya menulis buku yang isinya bisa mencerahkan dan memberdayakan bagi pembacanya. Buatlah buku itu tentang sesuatu pengetahuan yang dibutuhkan oleh sebanyak-banyaknya pembaca. Tulislah buku yang bisa menggerakkan dan memberi inspirasi buat kebaikan kehidupan pembacanya. Buatlah buku yang bergizi. Buku yang memenuhi makanan ruhani pembacanya. Untuk itu, buatlah buku itu dengan bahasa yang mengalir, enak dibaca, dan tidak membebani para pembacanya.

Kedua, bagi para pembaca agar buku yang kita baca bermanfaat hendaknya pilihlah buku-buku yang berkualitas. Buku-buku yang isinya bisa mencerahkan dan memberdayakan para pembacanya. Untuk mendapat buku seperti itu, tentu sangat tergantung dari sikap pribadi para pembacanya.

Bicara sikap pembaca terhadap buku itu, saya teringat apa yang pernah di sampaikan Hernowo, dalam buku Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza, “Buku, tanpa bermaksud sama sekali melepaskan jasa-jasanya dalam membangun sebuah peradaban tinggi umat manusia, memang tak lebih hanya mengajarkan cara atau metode. Buku, yang kadang berisi seabrek gagasan brilian dan mencengagkan, tidak bisa mendorong manusia yang membacanya untuk bersikap dan bertransformasi sebagaimana diinginkan oleh sebuah gagasan. Buku, sekali lagi, hanya berhenti pada satu station: memberikan cara atau metode secara sistematis. Selebihnya, apakah cara itu bermanfaat atau tidak, bergantung hampir mutlak pada pembacanya. Sang pembaca buku itulah yang punya hak untuk mengembangkannya lebih jauh.”

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!