Masalah Diverifikasi dan Ketahanan Pangan (1)
Menyangkut masalah ketahanan pangan ini, sebetulnya jauh-jauh hari telah diwanti-wanti oleh Prof Tumari Jatileksono (1996) bahwa keadaan pangan negara kita menghadapi ancaman yang serius. Buktinya, proporsi penduduk Indonesia dengan tingkat konsumsi kalori kurang dari 2.150 kilo kalori (kkal) mencapai 56%, proporsi penduduk dengan konsumsi protein kurang dari 45 gram mencapai 38 %, indeks Gini food gap konsumsi energi dan protein tercatat 0,36 dan 0,39, dan koefesien variasi konsumsi energi dan protein mencapai 28 dan 34 %.
Dalam studinya, Jatileksono menyimpulkan bahwa tingkat kecukupan energi 2.150 kkal, tidak terdapat perbedaan indeks ketahanan pangan pada tingkat pedesaan dan perkotaan. Sedangkan pada tingkat kecukupan protein 45 gram, indeks ketahanan pangan perkotaan lebih besar dibandingkan dengan ketahanan pangan di pedesaan.
Secara demikian, apa sebenarnya dasar dari program diversifikasi pangan tersebut? Apa yang menjadi kendala dari program ini. Dan apa saja kriteria yang bisa dijadikan pegangan untuk menentukan suatu negara itu memiliki ketahanan pangan? Tunggu jawabannya dalam postingan saya selanjutnya? Bagaimana menurut Anda?***
Penulis adalah dosen tutor di Akademi Kesehatan Lingkungan [AKL] Kutamaya dan bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.