Memaknai Musibah dalam Hidup
Dalam keterangan lain, seperti diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: “Apa saja yang menimpa ummat Islam seperti kepayahan, penderitaan, kekecewaan, duka cita, gangguan dan tekanan batin sampai-sampai duri yang mengenainya melainkan pastilah Allah akan menghapus dosa-dosa kesalahannya (dengan sebab-sebab hal tersebut).” (HR. Bukhari).
Musibah sebagai Pembawa Berkah
Hikmah lain yang bisa kita petik dari adanya musibah ini, adalah sebagai pembawa berkah (kebaikan). Yakni bagi mereka yang ketika terkena musibah, ia dapat menerimanya dengan tabah, sabar, dan tidak keluar dari tatanan ajaran Islam.
Nabi saw bersabda, “Sungguh menakjubkan urusannya orang muslim. Semua urusannya itu baik, dan hal itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun selain hanya orang muslim. Apabila sesuatu yang menggembirakan dia dapatkan maka ia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Dan apabila sesuatu yang mudlarat menimpa padanya lalu ia bersabar (tabah), maka hal itu baik pula baginya.” (HR. Muslim).
Adanya bukti sikap sabar dari seseorang yang ditimpa musibah, antara lain berupa pengucapan kalimat istirja’, yaitu Inna lillahi wainna ilaihi raji’uun ketika musibah itu datang. Dampaknya, pada dirinya akan timbul kesadaran bahwa segala sesuatu adalah milik Allah dan semata-mata agar kita mau kembali kepada-Nya.
Musibah sebagai Suatu Kenikmatan
Nikmat yang sesungguhnya adalah apabila kita telah pulang menemui Allah Swt sebagai Tuhannya dan menemui panggilan-Nya, seperti firman Allah Swt dalam QS. Al-Fajr: 27-30, “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamiah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
Dalam hal ini, kematian yang berujung kebaikan, itulah merupakan musibah yang dapat merupakan kenikmatan. Realitasnya, walaupun dalam pandangan manusia yang ditinggalkannya bahwa kematian itu sebagai suatu malapetaka, kesedihan, dan lainnya. Tetapi, di sisi lain dalam Alquran disebutkan bahwa kematian itu merupakan rangkaian nikmat dan anugerah Allah. Karena bukankah kematian itu sebagai jalan satu-satunya untuk memperoleh kebahagiaan sejati? Wallahu’alam.***
Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.