Opini

Membangun Priangan yang Humanis

Kota humanis

Menyikapi permasalahan dan harapan perkembangan pembangunan kota ini, setidaknya menyisihkan satu pertanyaan yang mesti disikapi dan dijawab sebagai solusi terhadap fenomena kota tersebut. Di sinilah kelihatannya kita perlu menerapkan sistem pembangunan kota yang berkelanjutan, sebagai sebuah harapan akan kenyamanan dan kewibawaan sebagai kota atas jati diri dan citra kota itu sendiri.

Pembangunan kota berkelanjutan sendiri, seperti dikutif Eko Budihardjo & Djoko Sujarto (1999) dalam buku ”Kota Berkelanjutan”, pada dasarnya adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat masa kini tanpa megabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka, sebagai suatu proses perubahan di mana pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orentasi pembangunan dan perubahan kelembagaan selalu dalam keseimbangan dan secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia (Brundtland; 1987).

Dalam arti lain, kota berkelanjutan ini adalah sebuah kota yang merupakan perpaduan antara konsep ecopolis, humanopolis, dan technopolis (Arda Dinata: 2000). Ecopolis, berarti kalau dalam pembangunan kota itu yang lebih dominan adalah dari kalangan ilmuwan dan pakal ahli lingkungan. Dalam arti lain, konservasi energi dan pelestarian keseimbangan ekologis menjadi pertimbangan utama dalam pembangunan kota.

Humanopolis, berarti dalam pengelolaan pembangunan perkotaan ditentukan sendiri sepenuhnya oleh segenap warganya. Menurut Peter Hall (1991), konsep humanopolis mungkin dewasa ini masih akan dinilai utopis.

Technopolis, berarti dalam pengelolaan pembangunan kota itu yang mendominasi adalah para rekayasawan dan teknolog. Wujudnya bisa berupa kota yang sarat dengan bangunan modern. Misalnya kota kompak satu dimensi, bangunan jangkung, kota terapung, kota di dalam laut, kota di udara, dan semacamnya.

Berkaitan dengan itu, lalu bagaimana keadaan pembangunan kota-kota di Priangan saat ini. Apakah telah memadukan antara konsep ecopolis, humanopolis, dan technopolis sebagai jalan pemecahan permasalahan kotanya serta yang sekaligus merupakan kota masa depan. Atau jangan-jangan pembangunan kota-kota di Priangan ini merupakan pembangunan kota yang tidak ”berkonsep”. Yang menggelinding begitu saja, seperti sebuah bola yang ditendang oleh seorang anak kecil?

Akhirnya, agar pembangunan kota-kota di Priangan itu lebih humanis dan manusiawi, maka langkahnya pembangunan kota itu jelas-jelas harus memiliki konsep yang matang dan integral. Artinya, pembangunan kota itu harus memperhatikan konsep-konsep pembangunan kota yang berkelanjutan seperti di paparkan di atas.***

Tulisan ini telah dimuat di HU. Priangan, edisi tanggal 14 Februari 2009

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!