Inspirasi

Mengapa Bencana Itu Datang?

Keempat, panjang angan-angan. Angan-angan tidak sama dengan sebuah cita-cita. Kalau angan-angan, ia tumbuh dari seorang yang pemalas. Sedangkan cita-cita itu tumbuh dari jiwa seseorang yang sadar, kreatif, inovatif dan konstruktif.

Hidup seorang Muslim memang harus memiliki landasan cita-cita yang jelas dan mulia. Dengan segala kesungguhan, cita-cita tersebut harus kita perjuangkan dan wujudkan dalam bentuk yang nyata. Inilah salah satu motivasi dalam hidup seorang Muslim, bukannya panjang angan-angan dan berkhayal mengharapkan sesuatu secara tiba-tiba.

Hidup adalah gerak. Bergerak berarti maju. menghadapi dan mengatasi situasi yang tidak pasti seperti saat ini, seharusnya kita bukannya berdiam diri dan berkeluh kesah. Tapi yang harus dilakukan adalah selalu berusaha dan bekerja lebih keras lagi.

Kalau kita mampu melakukannya dengan berlari, maka lakukanlah dengan berlari. Apabila kita mampu dengan berjalan, maka lakukanlah dengan berjalan. Jika kita hanya mampu dengan merangkak, maka lakukanlah sesuatu itu dengan merangkak. Tetapi, yang jelas kita jangan berdian diri. Diam berarti bunuh diri.

Sebenarnya Allah SWT mengajarkan kepada kita untuk selalu berpikir dan belajar (membaca). Bukan hanya belajar dan membaca Alquran dan Al-Hadits (tertulis), tetapi juga belajar dari alam beserta isinya.

Coba kita perhatikan mahluk yang bernama Semut. Ia penuh produktivitas dalam bekerja, selalu disiplin, saling tegur-sapa, memiliki rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang tinggi, dan lain-lain. Mengapa, kita tidak belajar dari mahluk yang satu ini?

Edward De Bono, berpendapat bahwa mahluk yang paling rasional itu bukan manusia, melainkan hewan. Hal ini, didukung pula oleh Syekh Nadim Al Jisr, yang mengatakan, “Manusia itu lebih sedikit ‘ilmunya’ dari hewan.”

Fenomena tersebut, belakangan ini sering terjadi pada pola pikir manusia Indonesia. Coba saja perhatikan, kadang-kadang keputusan yang katanya dipikirkan secara rasional, tapi pada kenyataannya tidak rasional. Begitu juga, masalah perilaku dan pengetahuan manusia, kita banyak belajar dari perilaku hewan. Ini, merupakan salah satu bukti barangkali, yang dikatakan Syekh Nadim Al Jisr tersebut.

* *

SEMOGA dengan terjadinya beberapa cobaan dan bencana yang menimpa bangsa ini, menyadarkan kita agar selalu berusaha mendekatkan diri kepada Sang Penguasa Hidup dan dapat memetik hikmahnya.

Kaitannya dengan penyebab bencana seperti diungkap di atas (hati yang keras), sebenarnya ada yang jauh lebih parah bahayanya dari hati yang keras (al-qolbu qosi). Yaitu yang dinamakan hati yang lalai (al-qolbul ghofil). Apa yang membedakan antara keduanya?

Kalau hati yang keras berarti hati yang melawan, hati yang menentang, hati yang punya reaksi dan ‘keras’. Jika kekerasan hati bisa diarahkan kepada hal-hal yang positif (baik), maka mereka akan menjadi orang-orang kuat yang gigih mempertahankan keyakinan.

Kejadian tersebut, pernah terjadi pada para sahabat Nabi Saw. Awalnya begitu keras hatinya dengan membenci dan memusuhi Islam, namun dengan petunjuk Allah kekerasan dan sifat anti patinya berbalik menjadi sangat positif. Yaitu keras dalam menentang kelaliman dan kemungkaran. Merekalah singa-singa Allah!

Berbeda halnya dengan hati yang lalai. Hatinya menjadi dingin, jumud, beku, acuh tak acuh. Apapun yang didengarnya tidak sampai menyentuh dan tidak punya dampak (bekas) sama sekali. Hatinya telah mati.

Memang mereka yang memiliki hati yang lalai (mati), tidak akan melawan atau membantah. Benar atau salah, lurus atau bengkok, positif atau negatif. baginya sama saja. Hatinya sudah membeku. Semua macam peringatan atau ancaman Allah SWT, baginya tidak lebih dari angin lalu yang tidak ada artinya. “Ketahuilah! Allah tidak menerima doa dari hati yang lalai”. (Al-Hadist). Dan di dalam Alquran sendiri Allah memperingatkan bagi orang-orang yang hatinya lalai, diantaranya dapat dibaca dalam Qs. 7: 205; 18: 28; dan 26: 87- 89. Wallahu a’lam bish-shawab.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

2 komentar pada “Mengapa Bencana Itu Datang?

  • Langgeng

    Menurut saya berbagai bencana yang belakangan ini muncul bisa jadi memang peristiwa alam yang memang di luar kendali manusia. Bisa juga karena ulah tangan manusia, seperti lumpur panas, banjir, tanah longsor, dll.
    Bencana lumpur panas adalah contoh betapa manusia bersikap abai terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan dari eksplorasi sumber kekayaan alam yang tidak memperhatikan pelestarian alam. Demikian juga dengan banjir di berbagai daerah akibat pembalakan hutan, atau sirnanya daerah resapan air karena dibangun menjadi pusat-pusat permukiman atau industri juga menunjukan hal ini.
    Islam menungajarkan agar harta tidak terkonsentrasi di kalangan orang tertentu. Itu artinya pembangunan seharusnya merata di tiap wilayah tidak terkonsantrasi di wilayah tertentu yang berdampak pada adanya urbanisasi, kemacetan, pembangunan permukiman yang harus mengorbankan daerah resapan air dan seterusnya.
    Sehingga solusinya memang pengelolaan negeri ini (bahkan bumi ini) harus menggunakan sistem Islam. Saatnya mencampakkan sistem kapitallisme yang hanya mementingkan eksploitasi kekayaan alam untuk memenuhi nafsu serakah kaum kapitalis yang tidak pernah puas.
    "Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta" Q.S. Thaha – 124
    Allau a'lam

  • Makasih….telah berbagi di sini….dan salam sukses selalu aamiin…

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!