Eksplorasi Kelautan dan Pilar Keimanan
Kelima, pusat produksi garam. Kita tahu zat garam merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Berdasarkan hasil penelitian diketahui air laut yang asin itu mengandung 34,37 % zat garam. Dalam Al-Qur’an dinyatakan: “Dan Dialah (Allah) yang membatasi dua lautan. Ini tawar dan yang lain asin. Tuhan mengadakan antara keduanya dinding dan batas yang tertutup.” (QS. Al-Furqan: 53). Untuk itu sangat ironis kondisi bangsa Indonesia yang memiliki dua pertiga wilayahnya berupa lautan, tetapi nyatanya kita masih mengimpor garam dari negara lain?
Keenam, pusat studi dan penelitian (Research). Di antara banyaknya sumber daya laut dan problematikanya, sebagian rahasianya telah kita ketahui dan sebagian lainnya belum terungkap. Sehingga dalam pelataran pemikiran ini, kita dituntut untuk melakukan research kelautan. Hal ini diisyaratkan dalam QS. Ath-Thuur: 6, “Perhatikan lautan yang penuh gelombang.” Inilah tugas-tugas setiap anak bangsa untuk mengungkap kekayaan sumber daya laut melalui peningkatan IPTEK kelautan.
***
Berbicara masalah bahari di Indonesia, tidak akan terpisah dari kondisi perairan yang ada di negara-negara Asia Tenggara. Sebuah sumber menyebutkan bahwa kawasan perairan Asia Tenggara memiliki ekosistem terkaya di dunia. Menurut Pusat International untuk Manajemen Sumber Daya Kehidupan Air di Manila, Filipina, Asia Tenggara memiliki 30 persen terumbu karang dunia, 25 persen hutan bakau dunia dan memproduksi 10 persen ikan di dunia.
Dalam hal ini, Sarwono Kusumaatmadja, mengatakan Indonesia yang terletak di daerah ekutorial dengan luas lautan sekitar 5,8 juta km2, lebih besar dibanding dengan luas daratan seluas 1,9 juta km2 atau 75% dari seluruh wilayah Indonesia, memiliki ekosistem perairan tawar yang cukup luas terdiri dari 5,886 sungai, 186 danau dan waduk serta sekitar 33 juta hektar rawa.
Apabila sumber daya hayati itu, diartikan sebagai keanekaragaman kehidupan pada tingkat gen, spesies, ekosistem dan proses-proses eko biologis, maka Indonesia merupakan negara megabiodiversity terbesar kedua setelah Brazil. Sementara itu dalam hal keanekaragaman hayati laut, Indonesia merupakan negara megabiodiversity terbesar di dunia. Hal ini bisa dipahami, pasalnya negara Indonesia memiliki seluruh ekosistem bahari tropis yang terlengkap di dunia. Mulai dari hutan mengrove, padang lamun, rumput laut sampai terumbu karang.
Data lain mengungkapkan bahwa jumlah spesies hewan karang keras (batu) atau hard coral yang hidup di perairan laut Indonesia adalah sekitar 350 spesies. Sementara itu, karang lunak (soft coral) berjumlah 210 spesies, dan gorgonians sekitar 350 spesies. Sementara itu, kalangan ahli Belanda (Blecker; 1859) mengemukakan, jumlah spesies ikan laut di Indonesia lebih dari 2000 spesies atau 37 persen dari jumlah spesies ikan laut dunia.
***
Aktivitas eksplorasi laut ini, akan berdampak terhadap kehidupan manusia dan bangsa yang melakukan kegiatan tersebut. Yakni sebagai pilar keimanan seseorang. Efek positif yang paling mendasar ini, kalau dipahami benar-benar, maka ia akan merupakan sebuah “oase” yang di dalamnya akan membangkitkan semangat hidup bagi manusia. Melalui kegiatan eksplorasi kelautan ini, bagi seorang Muslim akan menjadi ajang dalam membangun pilar (tiang penguat) keimanannya terhadap Sang pencipta (Baca: QS. Asy-Syura: 32-34).
Dengan kuatnya iman seseorang, maka ia akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan manusia. Menurut M. Ridwan IR Lubis (1985), ada tiga pengaruh iman dalam kehidupan manusia, yaitu: (1) Kekuatan berpikir (quwatul idraak), (2) Kekuatan fisik (quwatul jismi), dan (3) Kekuatan ruh (quwatur ruuh).
Sedangkan M. Yunan Nasution (1976), mengungkapkan pengaruh iman terhadap kehidupan manusia itu berupa: iman akan melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda, menanamkan semangat berani menghadapi maut, menanamkan self help dalam kehidupan, membentuk ketentraman jiwa, dan membentuk kehidupan yang baik.
Sudah seharusnya bangsa Indonesia yang berpenduduk mayoritas Islam ini, menjadi bangsa yang menonjol dalam industri maritim. Karena merekalah (Islam) yang paling banyak memperoleh sugesti kelautan dari ajaran-ajaran dalam Al-Qur’an. Sebaliknya para kaum bahariwan itu menjadi kuat imannya, karena merekalah yang sering menyaksikan kebesaran dan kekuasaan Allah di lautan. Dan seharusnya mereka tergolong makhluk yang paling pandai bersyukur. Waallahu A’lam bishshawab.***
Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.