Lebih dari I5 tahun terakhir kita telah belajar banyak dari Millenium Development Goals (MDGs), 8 tujuan dan 60 target MDGs telah melahirkan perbaikan yang signifikan dalam pembangunan di tingkat nasional, regional dan global. Sebagai tindak lanjut MDGs, selama 15 tahun ke depan, kita akan meneruskannya dengan Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs akin diarahkan pada kewajiban-kewajiban untuk melanjutkan dan memperluas keberhasilan MDGs.
Perlu disadari bersama, Nawacita bisa berfungsi sebagai kendaraan unluk membawa SDGs menjadi nyata. Perencanaan yang terintegrasi di tingkat nasional, tidak hanya melibatkan kementerian teknis, tetapi juga melibatkan lembaga perencanaan tingkat nasional sebagai penghubung perencanaan pembangunan nasional.
Gizi dan pola konsumsi
Gizi merupakan salah satu sendi utama kesehatan. Konsekuensi janin kekurangan zat gizi dan akan menjadi lahir dengan Berat badan lahir rendah (BBLR), angka kematian neonatal tinggi, ketidakcapaian kognitif yang optimal,stunting. korelasi dengan penyakit tak menular, dan angka kematian ibu melahirkan yang tinggi tidak dapat diatasi sendiri. Hal itu harus- diselesaikan secara menyeluruh, termasuk pembangunan infrastruktur. Upaya tersebut harus segera dilaksanakan dalam rangka meningkalkan daya saing, mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain dan mencapai kemajuan di masa depan.
Membicarakan gizi alau ketahanan pangan tidak dapat diartikan kepentingannya hanya wewenang kesehatan, tetapi lebih luas lagi sebagai sebagai tanggung jawab bersama untuk memperoleh hunian capital dalam membentuk aset bangsa.
Kita dapat bermula dari kesehatan sebagai pola konsumsi makanan yang tidak tepat. Terkait hal itu, kita mengenal konsep gizi seimbang yang mempunyai 1 pilar yaitu
1)Mengonsumsi aneka ragam makanan;
2) Memantau berat badan secara teratur;
3) Pola hidup bersih;
4)aktifitas fisik
Kita perlu melakukan perubahan pola pikir tentang gizi. Masalah gizi bangsa perlu mendapat prioritas dalam pembangunan kesehatan. Penanggulangan melalui pengentasan kemiskinan, peningkatan pendidikan masyarakat, kerja sama berbagai pihak lintas sektor terkait, perbaikan gizi untuk peningkatan daya tahan tubuh, penganekaragaman pangan berbasis pemberdayaan makanan lokal.
Diperlukan ketahanan pangan dan gizi khususnya untuk mencegah BBLR pada program 1.000 hari kehidupan dengan perbaikan asupan gizi ibu hamil. Di samping ilu, ketersediaan sarana pelayanan kesehatan untuk menangani kasus akibat kekurangan atau kelebihan gizi. Akan tetapi, di balik pelayanan kesehatan, diperlukan pendidikan bagi masyarakat atas pengetahuan tentang kepentingan gizi sebagai dasar memperoleh manusia berkualitas, Perubahan pola konsumsi masyarakat melalui orang perorang dan keluarga dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman makanan, aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan yang ideal. Pemahaman tentang gizi akan bermanfaat besar bagi kesehatan kita semua.
Upaya harus dilaksanakan dalam rangka meningkatkan daya saing, mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain dalam mengembangkan kompetensi dim kualitas SDM kesehatan serta upaya mencapai tujuan pembangunan nasional.
KOMPAS 12 November 2015