Inspirasi

Kapur Tohor Datang, Lalat Berkurang

Terkait dengan upaya pengendalian untuk menekan timbulnya populasi lalat yang tinggi, salah satu cara yang bisa kita lakukan yaitu dengan membubuhkan kapur tahor [Ca(OH)2] ke bagian atas tempat yang dijadikan lahan berkembang biaknya lalat, misalnya TPS yang menggunung di beberapa sudut Kota Bandung. Keefektifan dari penggunaan kapur tohor ini untuk menekan kepadatan populasi lalat yang hinggap di suatu tempat ini cukup singnifikan dan dapat dibuktikan di lapangan.

Apalagi, kita tahu keberadaan kapur tahor ini bersifat higroskopis, yaitu mempunyai kemampuan untuk menyerap air sehingga mengurangi kelembaban sampah. Selain itu, kapur tahor juga dapat menghilangkan dan menyerap bau, serta membunuh kuman. Terkait dengan masalah sampah, menurut Riana (1996), kapur tohor ini dapat menyusutkan sampah organik sampai 54,06 persen dari 1.540 gram sampah dengan 7,5 gram kapur tohor.

Sebagai contoh, pada tahun 2005 ketika penulis membimbing penelitian Rini Ariani, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, di TPA Purbahayu Kec. Pangandaran, Kab. Ciamis, dengan mengambil sampel sampah organik. Satu sampel tanpa pembubuhan kapur tohor dan satu sampel lagi dengan dibubuhi kapur tohor dengan dosis 15 gr/0,07 meter persegi sampah organik, kemudian di atasnya dipasang alat perangkap lalat (flay trap) pada tumpukan tiap-tiap sampel tersebut.

Hasil eksperimen awal, ternyata setelah disimpan selama empat jam, pada sampel sampah yang tidak dibubuhkan kapur tohor didapat jumlah lalat rumah dan hijau yang hinggap hingga terperangkap pada flay trap adalah sebanyak 88 ekor. Sedangkan pada sampel sampah organik yang dibubuhi kapur tohor didapat jumlah lalat rumah dan lalat hijau yang hinggap hingga terperangkap pada flay trap yaitu sebanyak 24 ekor. Dari praeksperimen ini menunjukkan bahwa ada perbedaan pada sampah yang dibubuhi kapur tohor itu.

Dari sini, penelitian dilanjutkan dengan mengambil berbagai dosis kapur tohor per 0,07 m2 sampah yang akan diteliti, yaitu: sebanyak 10 gr; 15 gr; 20 gr; dan 25 gr, serta sampel sampah yang tidak dibubuhkan kapur tohor. Hasil yang didapat ternyata, rata-rata lalat yang hinggap pada sampah organik tanpa pembubuhan kapur tohor adalah 51 ekor. Sedangkan rata-rata jumlah lalat yang hinggap pada sampah organik dengan pembubuhan berbagai dosis kapur tohor, yaitu dosis 10 gr didapat sebanyak 22 ekor lalat; dosis 15 gr didapat 8 ekor lalat; dosis 20 gr didapat 4 ekor lalat; dan dosis 25 gr didapat 1 ekor lalat.

Jadi, secara jelas ada perbedaan jumlah lalat yang hinggap pada sampah yang menggunakan pembubuhan kapur tohor dengan sampah organik yang tidak menggunakan kapur tohor. ***

Arda Dinata

Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.

Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

2 komentar pada “Kapur Tohor Datang, Lalat Berkurang

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!