Inspirasi

Rasionilitas dalam Pembelanjaan ‘Rejeki’

Masalah menjemput rejeki dan membelanjakannya, bagi setiap Muslim kalau tidak hati-hati, bisa-bisa malah akan menjadi bumerang.

Untuk itu, harta yang baik adalah jika diperoleh dari yang halal dan digunakan menurut tempatnya. Dalam hal ini, telah diriwayatkan dari Ibnu Umara ra. bahwa ia berkata, sabda Rasulullah Saw., “Dunia itu bagaikan tumbuh-tumbuhan yang menarik. Barang siapa yang mencari harta dunia dari harta yang halal, kemudian dibelanjakan  sesuai dengan haknya, maka Allah akan memberi pahala dan akan didatangkan Surga, dan barang siapa yang mencari harta dunia, bukan dari harta yang halal dan dibelanjakan bukan pada haknya, maka Allah akan menempatkan ke dalam tempat yang hina. Dan banyak orang yang ambisi dalam mencari di jalan Allah dan RasulNya yang masuk ke dalam api neraka pada hari kiamat.”

Betapa strategisnya kedudukan harta ini dalam kehidupan manusia di dunia. Ia, akan dapat mengantarkan kita pada pahala dan surga, bila sesuai dengan ketentuan-Nya. Dan sebaliknya akan mengantarkan kita pada kehinaan dan neraka, jika kita salah mengaturnya. Lantas, bagaimana kita mengatur proses pembelanjaan ‘rejeki’ –berupa harta– dalam kehidupan keluarga ini?

Ada satu kata kunci untuk menjawab permasalahan pembelanjaan ‘rejeki’ itu. Dialah, etika Islam berupa perintah memiliki sifat dan sikap hemat (Iqtishad).

Iqtishad, adalah membelanjakan harta anugerah Allah secara wajar dan pantas, tidak boros tetapi juga tidak kikir (bakhil). Prinsip ini telah dikemukakan Allah dalam Alquran berikut ini.

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. Al-Furqaan: 67).

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Israa’: 29).

BACA JUGA:  Anda Termasuk Golongan Manusia Apa?

Secara demikian, batasan yang sederhana berkenaan pembelanjaan atas setiap rejeki yang didapat dari Allah SWT, tiddak lain berupa sikap rasionilitas jangan terlalu kikir dan jangan pula terlalu pemurah. Untuk mencapai hal ini, setiap keluarga Muslim harus mampu merencanakan secara rasional dalam pembelanjaan ‘rejeki’-nya, jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang.

Dan patut diingat, apa yang dikatakan Al Manawy bahwa, “Harta itu tidak akan tercela dengan sendirinya, maka sesungguhnya harta dunia itu adalah ladang di akhirat. Barang siapa mengambil harta dunia itu dengan memelihara hukum syariat, maka Allah akan memberi pertolongan di akhiratnya.” Wallahu’alam.***

Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!