Uncategorized

Apa Visi Misi Hidup Anda?

Apakah Anda Punya Visi?

oleh: Nilna Iqbal  

Jika visi anda tetap, hidup anda akan berubah.
Namun bila visi anda berubah-ubah, hidup anda akan tetap!  

Dalam mengarungi hidup ini, apakah anda punya visi? Apakah anda menuliskannya? Apakah anda sering melihat (atau membacanya)?

Seberapa kuat visi anda? Apakah anda sering “memberi makan” visi anda?

Atau jangan-jangan anda hanya merasa sudah punya visi, padahal samar-samar saja? Sehingga tanpa disadari visi anda sering “berubah-ubah”?

Salah satu “faktor pembeda” orang-orang sukses dengan mereka yang tidak sukses adalah visi. Mereka yang sukses biasanya punya visi, artinya ia punya kemampuan melihat jauh ke depan.

Bukan dalam arti secara gaib ataupun ramalan, namun memang bersifat imaginatif.

Seorang penulis George Barna mengatakan,”Visi adalah gambaran didalam mata bathin anda mengenai bagaimana nantinya suatu hal akan atau bakal terjadi.”

Mereka yang sudah punya visi merasa dunia ini seakan-akan terbuka lebar di hadapan mata batinnya. Visi itu membuat ia begitu bergairah memperjuangkan apa yang “dilihatnya”.

Ia mampu melihat makna tersirat di balik yang ada, yang boleh jadi tak terlihat oleh orang lain. Inilah yang disebut kemampuan melihat peluang.

Contohnya Walt Disney. Ia memiliki visi yang luar biasa. Ia mampu mewujudkan suatu tempat dengan bantuan daya khayalannya. Ia mengkhayalkan adanya suatu tempat dimana anak-anak serta keluarganya bisa bergembira bersama memasuki dunia yang sama sekali baru bagi mereka.

Di dalam dunia baru itu, mereka bisa menyaksikan secara nyata tempat-tempat dan tokoh-tokoh yang sebelumnya hanya mereka kenal melalui dongeng saja.

Visi yang luar biasa itu sudah menjadi kenyataan. Diawali dengan Disneyland di California, Amerika Serikat. Lalu disneyland-disneyland baru bermunculan, seperti Disneyland di Orlando, Disneyland di Jepang dan di Perancis.

BACA JUGA:  Agar Allah Atur Jadwal Hidupmu

Hal sebaliknya terjadi pada orang-orang yang tidak punya visi. Ia hanya melihat apa yang ada di depan matanya saja dan apa-apa yang bisa diraih secara mudah saja. Selain itu mereka juga sering membayangkan hal-hal negatif tentang masa depan mereka. Dunia ini terasa begitu ‘sempit’ dan sering mengeluhkan nasib buruknya. Bahkan tak jarang mempertanyakan keadilan Tuhannya.

Lha, ini nggak ada kaitan sama sekali dengan jabatan, gelar, pangkat, atau turunan. Keadaan ini bisa dialami siapa saja, kalangan manapun juga. Mulai dari para supir truk, petani sampai para bankir, bahkan profesor sekalipun.

Jadi … agaknya, orang yang paling pantas dikasihani sebenarnya bukanlah orang yang miskin keuangannya, seperti anggapan kebanyakan orang, melainkan justru orang-orang yang tidak punya visi sama sekali dalam hidup ataupun dalam pekerjaannya.

Punya visi itu penting. Visi akan memberitahu kita apa yang BISA menjadi milik kita, sehingga kita tergerak melakukan sesuatu. Kita akan berusaha keras mewujudkannya.

Visi membuat kita tak mudah menyerah. Visi membangunkan kembali semangat kita tatkala kita jatuh. Visi memberi kita keuntungan besar dan membuka lebar pintu peluang.

Visi juga akan meningkatkan kemampuan seseorang. Makin luas visinya, makin besar pula potensi yang berkembang di dalam dirinya.

John C. Maxwell mengatakan, visi akan membuat semua pekerjaan kita terasa jadi lebih menyenangkan. Tak ada yang lebih membahagiakan selain perasaan berhasil menyelesaikan suatu pekerjaan setelah bekerja keras. Puas sekali tentunya!

Lebih-lebih lagi bila keberhasilan-keberhasilan kecil itu merupakan jalan untuk meraih tujuan yang lebih besar lagi. Tiap tugas yang kita lakukan akan terlihat seperti tiang-tiang yang akan menyangga “proyek” besar kita.

Bila kita menganggap bahwa hasil pekerjaan itu adalah perolehan yang kita dapatkan melalui visi kita, setiap pekerjaan akan memiliki nilai tinggi bagi kita. Bahkan hasil pekerjaan yang paling sederhana sekalipun akan bisa memberikan kepuasan, sebab dari sana sudah terlihat pekerjaan besar yang akan dicapai selanjutnya.

BACA JUGA:  Peraturan Perundangan Pelayanan Kesehatan

Ini seperti kisah seseorang yang sedang berbincang-bincang dengan dengan tiga tukang batu tatkala mereka sedang membangun sebuah gedung pencakar langit. Orang ini bertanya pada tukang batu pertama, “Apa yang sedang anda kerjakan?” tukang batu itu menjawab, “Saya sedang mencari nafkah.”

Ketika ia menanyakan pertanyaan yang sama pada tukang batu kedua, jawabnya: “Saya sedang menyusun batu bata untuk membuat tembok.”

Namun saat ia bertanya pada tukang batu ketiga, ia menjawab dengan bersemangat, “Saya sedang membangun sebuah gedung paling hebat yang belum pernah ada sampai saat ini.”

Ketiga tukang batu tadi sedang melakukan pekerjaan yang sama. Namun dalam hal ini hanya tukang batu ketiga yang didorong oleh suatu visi. Ia melihat suatu gambaran besar, yang pasti akan menambah nilai pekerjaannya.

Pertanyaannya, sekali lagi, apakah anda SUDAH punya visi? Kalau belum, mengapa? Apa yang menghalangi anda untuk segera menyusun visi Anda?

Pengalaman masa lalu

Menurut Jim Dornan & John C. Maxwell dalam bukunya “Strategi Menuju Sukses”, memiliki visi tidak dipengaruhi oleh faktor keturunan.

Anda tidak mesti terlahir sudah punya kemampuan melihat berbagai peluang dan mampu memvisualisasikan masa depan. Visi adalah suatu hal yang perlu dibentuk dan dipupuk, dan terus dikembangkan.

Namun tanpa sadar kita sering menghalangi, membatasi berkembangnya visi ini. Salah satunya adalah pengalaman masa lalu kita. Tanpa sadar kita sering mengukur masa depan kita didasarkan pada riwayat kesuksesan atau kegagalan kita di masa lalu.

Kita jadi “korban” keterbatasan yang kita ciptakan sendiri. Ketika yakin kita tidak akan berhasil, sesungguhnya kita membuat batasan pada visi kita dan memenjarakannya dalam “kotak penjara” ciptaan pikiran kita.

BACA JUGA:  Berjalanlah Penuh Hikmah

Ya memang mungkin saja ada faktanya di masa lalu kita pernah atau bahkan sering menghadapi berbagai kegagalan, bahkan berkali-kali, berulang-ulang. Tapi itu bukan berarti nasib masa depan kita seperti “sudah ditulis Tuhan” sebagai orang yang gagal.

Masa depan tak ada hubungannya dengan masa lalu, ujar motivator ulung Skipp Ross dalam salah satu Dynamic Living Seminar-nya. Kita tak perlu membuat garis proyeksi dari masa lalu ke masa yang akan datang. Masa lalu itu adalah history, sudah jadi bagian sejarah kita.

admin

www.ArdaDinata.com adalah blog catatan dari seorang penulis merdeka, Arda Dinata yang dikelola secara profesional oleh Arda Publishing House.

One thought on “Apa Visi Misi Hidup Anda?

  • Setuju banget Kang, semoga kita bisa memaksimalkan energi untuk mencapai visi yang sudah kita tetapkan. Aamiin…

Tinggalkan Balasan

error: Content is protected !!