Mari Menulis Yuk….!
Mari Menulis
Sejak semalam saya ingin lagi mengulas buku Balas Dendam yang Sangat Manis, Dont Get Mad, Get Even karya A.K dikaitkan dengan pengalaman menulis saya.
Beberapa hari yang lalu saya sempat mengutip beberapa kalimat di buku ini hingga banyak yang memberikan komentar dan share tulisan tersebut.
Buku ini memang keren. Pagi ini saya kembali mengutip beberapa kalimat di buku ini. Di halaman 96 tertulis,” Kau dipertemukan dengan orang yang tidak baik untuk menghargai orang yang benar-benar baik.”
Dijelaskan bahwa kadang kita baru bisa melihat hal-hal yang baik setelah mengalami hal-hal yang buruk.
Di halaman berikutnya disebutkan, “Kita menjadi kuat bukan karena hidup ini mudah. Kita menjadi kuat karena hidup ini sulit.”
Dijelaskannya bahwa jika hidup kita lancar dan mulus tanpa masalah atau kesulitan, kita tidak akan pernah belajar. Kita juga tidak akan menjadi kuat dan dewasa.
Beberapa sahabat di banyak tempat, sering menanyakan mengapa saya menulis. Padahal begitu banyak aktivitas yang harus saya lalui sepanjang hari. Bagaimana saya bisa mendapatkan kalimat kalimat segar dan menyegarkan hingga menginspirasi banyak orang di buku Birokrat Menulis dan dua buku lainya yaitu Birokrat Move On dan Putar Arah Sekarang Juga.
Awalnya saya tak begitu menghiraukan pandangan dan komentar orang lain bagaimana saya menulis yang dikatakan tulisan saya standar dan tidak menarik untuk dibaca.
Di sisi lain, ada yang menanyakan lagi bagaimana memulai menulis. Mungkin jawabannya hampir sama dengan beberapa kutipan di atas.
Bahwa kita menjadi kuat bukan karena hidup ini mudah. Kita menjadi kuat karena hidup ini sulit.
Maka di saat saya memutuskan untuk menulis, tentu ada yang mendorongnya. Bahkan saya mengatakan di saat pintu yang satu tertutup, masih banyak pintu lain yang masih terbuka. Kesulitanlah yang membuat otak kita jadi berpikir. Agar kita tetap eksis di kompetisi yang kian sengit.
Bahwa kita dipertemukan dengan orang yang tidak baik yang menyakiti kita sekalipun, agar kita menghargai orang yang benar benar baik. Masih banyak orang yang mendukung langkah langkah kita. Orang yang menghargai upaya dan semangat kita. Termasuk mengapresiasi karya karya kita.
Di awal tahun 2007, ketika mengawali buku perdana saya, ada hal yang memicu untuk menulis. Mencoba mengadu peruntungan agar materi materi yang sudah terkumpul hampir tiga tahun saat mengelola majalah internal tidak sia-sia.
Saya masih ingat bagaimana mengumpulkan bahan-bahan tersebut lalu menyortirnya dan mengedit menjadi beberapa bagian. Bersyukur ada teman yang membantu hingga menjadi draft buku dalam waktu sekitar empat bulan sejak awal pengerjaannya.
Dan setelah proses membaca ulang dan minta masukan maka buku tersebut coba dicetak dalam bentuk dummy. Selanjutnya disampaikan kepada tokoh yang ditulis dalam buku tersebut. Itulah debut pertama yang sungguh tak terkira. Singkat cerita, dummy buju ini disetujui lalu dicetak sebanyak 300 buku sesuai anggaran yang tersedia kala itu.
Saya sering menyebut pengalaman menulis saya dengan ungkapan berdarah-darah. Hanya karena cinta yang begitu besar pada dunia membaca dan menulis, saya masih bisa bertahan hingga sejauh ini. Bahwa hidup memang harus berjuang agar kita keluar sebagai pemenang.
Saya ingin nyatakan bahwa hambatan bukan alasan untuk pasrah dan kalah. Cibiran bukan penghalang untuk maju. Tantangan adalah peluang untuk meraih prestasi dan kemenangan.
Mari Menulis.. (Adrinal Tanjung)