Tidak semua orang berhasil membangun rumah tangga sejahtera dan bahagia. Tapi, Nabi Saw telah berhasil membangun rumah tangga bahagia itu dengan istrinya. Sikap Rasul terhadap istrinya tercermin dalam ungkapannya bahwa sempurna-sempurnanya iman seseorang mu’min ialah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baiknya kamu adalah yang paling baik terhadap istrinya. Sebaliknya Rasul pun mengajarkan kepada wanita bagaimana seharusnya berlaku baik terhadap suami. Jika aku dibolehkan menyuruh seseorang sujud terhadap orang lain pasti aku suruh seorang istri supaya sujud terhadap suaminya (HR. Turmudzi).
Waktu mendidik anak, Nabi berpesan, didiklah anak-anakmu untuk bisa melakukan shalat. Biasakan mereka melakukan kebaikan, sebab kebaikan itu (karena) kebiasaan (HR. Baihaqi). Rasul pun di rumahnya bersikap seperti layaknya orang kebanyakan. Beliau pernah menambal bajunya, memerah susu kambingnya, dan mengerjakan sendiri pekerjaan rumahnya (HR. Ahmad dan Tirmidzi). Namun, betapapun beliau sibuk dengan pekerjaan rumahnya, jika waktu shalat beliau segera mngerjakan shalat berjamaah terlebih dahulu (HR. Muslim). Sedangkan dalam mengatur rezeki Nabi berpesan, apabila kamu seorang yang fakir, maka mulailah dengan dirimu sendiri. Jika ada kelebihan, maka berikanlah kepada keluargamu. Dan jika masih berlebihan maka berikanlah kepada kerabat. Dan jika masih berlebih juga maka bersedekahlah kepada siapa yang engkau kehendaki (HR. Ahmad & Muslim).
Keenam, sebagai anggota masyarakat. Nabi Saw selaku anggota masyarakat, juga telah banyak mengajarkan bagaimana hidup sosial bermasyarakat. Secara umum, Nabi Saw mengatakan, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Muslim). Dalam hidup bertetangga, Nabi mengingatkan, tidak masuk surga bagi orang yang tetangganya tidak merasa aman karena ulah perbuatannya (HR. Muslim). Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hendaklah memuliakan tamunya (HR. Muslim).
Kita juga diajarkan untuk tidak sombong dan harus berteman karena Allah. Nabi mengungkapkan, kesombongan ialah orang mendustakan kebenaran dan menganggap remeh orang lain (HR. Muslim). Dalam hadis qudsi riwayat Thabrani, Allah berfirman, “Mereka yang berteman satu sama lain karena Aku, berhak memperoleh cinta-Ku dan mereka yang saling membantu antar sesamanya karena Aku, berhak memperoleh cinta-Ku ….” Pokoknya, siapa yang melepaskan kesusahan seseorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat kelak! Keimanan seseorang pun tidak diakui jika ia tidak sanggup mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (HR. Bukhari & Muslim).
Akhirnya, kita berdoa kepada Allah SWT, Ya Allah, Engkau telah membaguskan kejadianku maka dari itu baguskanlah juga oleh Engkau budi pekertiku (HR. Al-Hakim dan Baihaqi). Dan berilah kekuatan serta kemampuan kepadaku untuk menauladani budi pekerti seperti keluarga Rasulullah. Amin…. Wallahu a’lam.*** (Tamat)
Bagaimana menurut Anda?
Arda Dinata adalah Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.


