Tauhid Kemerdekaan Manusia
Akhirnya, Ruba’i menghadap Panglima Rustum, dengan tombaknya masuk hamparan permandani. Dan seketika itu pula hamparan itu koyak-koyak. Mereka bertanya, “Apakah yang mendorongmu masuk daerah kami?”
“Allah SWT telah mengutus kami untuk membebaskan manusia dari memperhambakan diri kepada selain Allah, dan melepaskan belenggu duniawi menuju dunia bebas, dan dari agama yang sesat menuju keadilan Islam”.
Dari dialog Ruba’i bin Amir di atas, sesungguhnya telah mengajarkan kita akan arti kemerdekaan yang sesungguhnya. Artinya kemerdekaan Indonesia itu harus kita maknai sebagai aplikasi dari tauhid kemerdekaan manusia. Di mana, setiap manusia itu sesungguhnya telah dimerdekakan dari penghambaan pada materi, penghambaan kepada hawa nafsu dan hal-hal duniawi untuk diantarkan kepada penghambaan total kepada Allah semata-mata. Inilah arti kemerdekaan yang Islam ajarkan.
Allah berfirman dalam QS. Al-An’aam: 162-163, yang artinya: “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.
Jadi, seluruh rakyat Indonesia sudah saatnya untuk menerapkan arti kemerdekaan itu secara tepat. Bukankah, seseorang (bangsa) baru dikatakan merdeka ketika ia mampu melepaskan dirinya dari segala perbudakan dan segera untuk suka cita menghamba kepada Allah SWT. Wallahu a’lam.
Arda Dinata adalah pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.